Rabu 23 Mar 2011 07:35 WIB

Studi: Betul, Bercinta Bisa Membunuh Anda!

Ilustrasi
Foto: /www.matichon.co.th
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Luapan mendadak kegiatan fisik yang sedang sampai berat -- seperti jogging dan melakukan hubungan seksual -- secara mencolok meningkatkan risiko serangan jantung, terutama pada orang yang tidak berolah raga secara rutin, kata beberapa peneliti AS, Selasa (22/3).

Para dokter telah lama mengetahui bahwa kegiatan fisik dapat mengakibatkan masalah jantung serius, tapi studi baru itu membantu menunjukkan tingkat risiko tersebut, kata Dr Issa Dahabreh dari Tufts Medical Center di Boston. Studi Dr Issa Dahabreh ini diterbitkan di Journal of the American Medical Association.

Timnya menganalisis data dari 14 studi yang meneliti kaitan antara olah raga, seks, dan risiko serangan jantung atau kematian karena jantung berhenti berdetak secara mendadak,  yang mengakibatkan jantung berhenti mengalirkan darah.

Mereka mendapati orang 3,5 kali lebih mungkin untuk mengalami serangan jantung atau meninggal karena jantung mereka berhenti berdenyut secara tiba-tiba ketika mereka berolah raga dibandingkan dengan saat mereka tidak berolah raga.

Dan mereka 2,7 kali lebih mungkin untuk mengalami serangan jantung ketika mereka melakukan hubungan seks atau segera sesudahnya dibandingkan dengan ketika mereka tidak melakukan kegiatan itu.

Jessica Paulus, peneliti lain di Tufts yang terlibat dalam studi itu, mengatakan risiko tersebut cukup tinggi saat studi berlangsung. Tapi masa peningkatan risiko itu berlangsung singkat. "Risiko yang meningkat ini hanya berlangsung singkat (satu sampai dua jam) selama dan setelah kegiatan fisik atau hubungan seks," kata Jessica di dalam satu wawancara telepon.

Oleh karena itu, risiko bagi semua orang selama masa satu tahun sangat kecil, katanya."Jika kamu meneliti 10.000 orang, masing-masing sesi fisik atau kegiatan seks per orang per pekan dapat dikaitkan dengan peningkatan satu sampai dua kasus serangan jantung atau kematian akibat jantung berhenti berdetak secara mendadak per tahun," kata Jessica.

Ia mengatakan penting untuk menyeimbangkan temuan tersebut dengan studi lain yang memperlihatkan kegiatan fisik rutin mengurangi risiko serangan jantung dan kematian gara-gara jantung berhenti berdenyut secara tiba-tiba hingga 30 persen.

"Apa yang benar-benar tak ingin kami lakukan ialah masyarakat menjauh dari ini dan berpendapat olah raga itu buruk," kata Jessica sebagaimana dilaporkan wartawan Reuters, Julie Steenhuysen, yang dipantau ANTARA di Jakarta.

Yang dimaksud ialah orang yang tak berolah raga secara rutin perlu memulai program olah raga secara perlahan, dan secara bertahap meningkatkan intensitas olah raga mereka sesuai dengan berjjalannya waktu.

Studiini bertentangan dengan studi yang pernah dilakukan ahli lain. Dalam kongres tahunan Italian Society of Sexual Medicine di Modena, Italia, salah satu penelitian disampaikan bahwa "hubungan seks membuat pria panjang umur". University of Florence pernah melakukan penelitian terhadap 4.000 pria mengenai masalah itu.

Salah satu peneliti, Dr Emmanuele Jannini mengatakan peningkatan hormon testosteron pada pria yang terjadi saat berhubungan seks bisa mengatasi depresi dan mengurangi stres. Itu secara mencolok dapat mengurangi risiko berbagai gangguan pembuluh darah dan jantung.

Peningkatan hormon testosteron juga mencegah kemungkinan orang terkena penyakit diabetes. Menurut Dr Jannini, hormon seks pria yang satu itu juga dalam kadar tinggi dapat membantu membakar kelebihan kadar gula di dalam darah.

Bagi kesehatan tulang, testosteron membuat pria lebih jarang terkena osteoporisis, katanya. Jika wanita butuh suplemen steroid anabolik untuk mencegah penyakit tersebut, pria hanya butuh lebih banyak bercinta untuk mendapatkan efek yang sama.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement