REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Lebih dari lima juta orang usia produktif di seluruh dunia telah terdiagnosis menyandang Lupus (Systemic Lupus Erythematosus) sehingga penyandang ini harus mengkonsumsi berbagai obat dalam jangka waktu yang lama bahkan seumur hidupnya.
Lupus adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker. Banyak dari pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, penyandang penyakit Lupus mencapai sudah lima juta orang, dan lebih dari 100 ribu kasus baru terjadi setiap tahunnya.
Lupus merupakan penyakit autoimun kronis yang dapat menyerang hampir seluruh organ/ sistem tubuh berupa reaksi radang dan dapat mengancam jiwa. "Penyandang Lupus harus mengkonsumsi berbagai obat dalam jangka waktu yang lama bahkan seumur hidupnya," kata d Rachmat Gunadi SpPD-KR, pemerhati Lupus, baru-baru ini.
Dalam bahasa Latin berarti "anjing hutan". Istilah ini mulai dikenal sekitar satu abad lalu. Awalnya, penderita penyakit ini dikira mempunyai kelainan kulit, berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi. Bercak-bercak merah di bagian wajah dan lengan, panas dan rasa lelah berkepanjangan, rambutnya rontok, persendian kerap bengkak dan timbul sariawan.
Penyakit ini tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ yang ada di dalam tubuh.
Tidak jarang efek samping yang ditimbulkan oleh obat berakibat fatal bahkan lebih buruk dari penyakitnya sendiri. Belum ada angka yang pasti untuk jumlah orang dengan lupus (odapus) di seluruh Indonesia, namun perkiraannya adalah lebih dari 300 ribu orang
Menurut Rachmat, gejala-gejala penyakit dikenal sebagai Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) alias Lupus. Eritomatosus artinya kemerahan, sedangkan sistemik bermakna menyebar luas keberbagai organ tubuh. Istilahnya disebut LES atau Lupus.
Gejala-gejala yang umum dijumpai adalah: kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan. Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.
Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik. Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah terserang dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai mengidap Lupus.
Anemia yang disebabkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh penyakit Lupus ini, rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan.
Ia menjelaskan, penyakit ini dapat mengenai semua lapisan masyarakat, dan satu hingga lima orang di antara 100.000 penduduk, bersifat genetik, dapat diturunkan.
Wanita lebih sering 6-10 kali daripada pria, terutama pada usia 15-40 tahun. Bangsa Afrika dan Asia lebih rentan dibandingkan kulit putih. Dan tentu saja, keluarga Odapus. "Timbulnya penyakit ini karena adanya faktor kepekaan dan faktor pencetus yaitu adanya infeksi, pemakaian obat-obatan, terkena paparan sinar matahari, pemakaian pil KB, dan stres," ujarnya.
Penyakit ini justru kebanyakaan diderita wanita usia produktif sampai usia 50 tahun sekalipun ada juga pria yang mengalaminya. Oleh karena itu dianggap diduga penyakit ini berhubungan dengan hormon estrogen.
Pada kehamilan dari perempuan yang menderita lupus, sering diduga berkaitan dengan kehamilan yang menyebabkan abortus, gangguan perkembangan janin atau pun bayi meninggal saat lahir. Tetapi hal yang berkebalikan juga mungkin atau bahkan memperburuk gejala lupus. Sering dijumpai gejala lupus muncul sewaktu hamil atau setelah melahirkan.