REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Survei Lembaga Riset Synovate dengan Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran pada 2009 menyebutkan sekitar 65 persen penduduk Indonesia mengalami gigi sensitif.
Hal yang sama ditemukan tim peneliti Unilever. "Melalui penelitian yang dilakukan pada tahun 2009, kami menemukan sekitar 65 persen orang Indonesia mempunyai masalah gigi sensitif yang berusia sekitar 30-45 tahun dan lebih dari 50 persen masyarakat Indonesia yang menyadari itu, tapi tidak melakukan tindak lanjut guna mengatasi gigi sensitif mereka," kata Varina di Jakarta, Kamis.
Kemudian, lanjut dia, pada penelitian itu juga memperlihatkan bahwa 83 responden menjawab gangguan gigi sensitif dialami ketika mengkonsumsi minuman/makanan panas, 16 persen akibat udara dingin dan 12 persen ketika menyikat gigi.
Pada kesempatan yang sama, Staf Pengajar Departemen Periodonisa, cabang Ilmu Kedokteran Gigi, drg Hari Sunarto, Sp Perio, mengatakan penyebab utama gigi sensitif adalah dentin yang terbuka, sehingga rangsangan panas dan dingin dapat masuk menuju syaraf yang berujung kepada rasa ngilu pada gigi.
Menurut dia, Mineral HAP memiliki kandungan mineral yang sama dengan email gigi dan tes laboratorium membuktikan bahwa mineral HAP mampu menghambat sensasi panas dan dingin terhadap dentin sehingga sensasi tersebut tidak sampai ke jaringan syaraf gigi.
"Untuk itu kita harus menggosok gigi dengan benar, yaitu gerakan sikat giginya pada mulut secara sirkuler dan pilih sikat gigi yang lembut, guna menghilangkan plak di gigi, karena plak tersebut sangat lunak tentunya sebelum di atas delapan jam di gigi," demikian penjelasan Hari.