REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Penyakit gigi-mulut bisa memicu penyakit yang lain seperti kelainan jantung, infeksi ginjal dan lambung, karena kuman yang terdapat dalam mulut bisa mengikuti aliran darah.
Namun kesadaran masyarakat untuk memeriksakan gigi masih rendah. Sehingga prevalansi karies gigi pada anak-anak usia sekolah masih tinggi, mencapai 85 persen. "Prevelensi karies gigi anak sekolah, masih memprihatinkan," ujar Kepala Dinas Kesehatan Jabar, Alma Lucyati, kepada wartawan pada Peringatan Bulan Kesehatan Gigi Nasional yang juga ditetapkan sebagai Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Nasional, Senin (12/9).
Menurut Alma, kalau bisa dideteksi sedini mungkin, gigi yang bolong itu sebenarnya bisa diobati atau ditambal. Tapi kalau dibiarkan membusuk maka gigi bolong harus dicabut. Itu artinya, akan banyak anak sekolah yang ompong dan tidak bisa mengunyah makanan sehingga mempengaruhi pertumbuhan anak tersebut.
Selain anak sekolah, kata Alma, Ibu hamil di Jabar pun banyak yang mengalami karies gigi. Akibatnya, gigi ibu hamil yang ompong akan membuat berat badan bayi rendah atau premature. "Jadi pemerintah bertekad untuk meningkatkan pelayanan gigi di masyarakat," ujarnya.
Senada dengan Alma, Ketua Pengurus Besar (PB) Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Zaura Anggraeni, mengatakan anak balita sekarang banyak yang mengalami karies gigi karena mereka neminum susu dengan botol sampai tidur. Seringkali susu yang mereka konsumsi banyak mengandung gula atau asam karena mengalami fermentasi bakteri. "Ini akan merusak email gigi pada anak," kata Zaura.
Zaura mengatakan masyarakat Indonesia sebenarnya sudah banyak yang menyikat gigi tapi bukan pada waktu dan cara yang benar. Sikat gigi yang benar, harus dilakukan pada malam hari sebelum tidur, dan menggunakan pasta gigi yang mengandung flouride.
Selain kesalahan dalam menyikat gigi, kata dia, tingginya angka penderita karies gigi terjadi karena kesadaran masyarakat untuk ke dokter gigi masih rendah. Yaitu, kesadaran orang dewasa di Indonesia untuk ke dokter gigi kurang dari 7 persen dan anak-anak hanya sekitar 4 persen.
Sementara menurut data dari Riskesdas pada 2007, diketahui masyarakat Indonesia berusia 12 tahun ke atas memiliki karies aktif (karies yang belum tertangani) dan 67,2 persen memiliki pengalaman karies. "Rendahnya kesadaran masyarakat ke dokter gigi, karena takut sakit dan takut mahal," imbuh Zaura.
Oleh karena itu, PDGI bekerjasama dengan pemerintah dan swasta memiliki program gerakan pemeriksaan gigi gratis. Dengan gerakan ini diharapkan pemerintah bisa memudahkan masyarakat dalam memeriksakan giginya.
Selain itu, gerakan ini merupakan investasi yang luar biasa. Karena pencegahan akan mengeluarkan biaya yang murah dibandingkan dengan perawatan gigi setelah sakit dan menyebabkan berbagai penyakit kronis yang lain.