Rabu 15 Feb 2012 17:03 WIB

Jangan Remehkan Panas Tinggi, Bisa Picu Kematian

Rep: reiny dwinanda/ Red: Endah Hapsari
Pasien demam berdarah, ilustrasi
Foto: Republika
Pasien demam berdarah, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Penyakit demam berdarah biasanya identik dengan suhu tubuh yang mendadak tinggi. Namun, sepintas melihat gejalanya, penyakit tifus dan morbili juga muncul dengan wajah yang sama dengan demam berdarah. Lalu bagaimana mengenali demam berdarah? "Harus ada uji serologi IgM dan IgG pada hari ke lima untuk memastikan adanya virus dengue," kata dr Alan Tumbelaka SpA (K), spesialis anak.

Untuk fase awal, terbilang sulit untuk menentukan tipe penyakitnya. Bisa saja demam dengue (DD) atau demam berdarah dengue (DBD) yang menyerang. "Tak berarti DD dulu lalu menjadi DBD," ucap Alan.

Demam dengue relatif lebih ringan serangannya. Setelah tiga sampai 14 hari melewati masa inkubasi, virus mulai mengusik dan tubuh melakukan pertahanan. Proses itu ditandai dengan demam tinggi mendadak. "Penderita demam mukanya memerah, ada ruam makulopopula, dan jarang terjadi perdarahan hebat," tutur Alan.

Pada demam dengue, penderita mengalami panas akut selama dua sampai tujuh hari. Panas akan turun pada hari ketiga atau empat. "Bisa pula disertai sakit kepala, nyeri otot dan sendi, juga penurunan trombosit," ungkap Alan. 

Saat terkena gejala tersebut, pemeriksaan darah penting untuk dilakukan. Yang dicek ialah sel darah putih, trombosit, dan hematokrit. "Pada fase awal, sel darah putih akan terdeteksi masih dalam kadar normal namun merosot jumlahnya dalam beberapa hari berikutnya," papar Alan.

Sedangkan pemeriksaan laboratorium bakal menunjukkan trombosit yang mulai rendah. Kalau kadar trombosit di bawah 100 ribu, kemungkinan besar positif ada infeksi virus dengue. "Jangan lupa untuk terus memantau suhu tubuh," ucap dokter spesialis anak dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) ini.

Setelah tiga kali 24 jam mengalami panas tinggi, Alan mengimbau dokter dan keluarga pasien agar waspada. Hari keempat sampai keenam merupakan fase kritis yang dapat membahayakan nyawa. "Sementara itu, jika leukosit ditemukan turun bersamaan dengan naiknya limfosit, kemungkinan besar DBD dan penderitanya harus mendapatkan obat antivirus," kata Alan.

Penderita demam dengue umumnya memiliki tingkat penyembuhan yang lebih baik ketimbang pengidap DBD. Pada DBD, demam tinggi biasanya muncul mendadak disertai nyeri kepala, nyeri di bagian belakang bola mata, terkadang juga nyeri perut. Lalu, ada tanda ruam atau bintik merah di kulit "Trombosit dan leukosit turun sedangkan hematokrit meningkat sebagai tanda perembesan plasma yang membuat darah menjadi kental," urai Alan.

Pada DBD yang paling dikhawatirkan terjadi ialah kebocoran plasma. Saat plasma bocor cairan darah akan merembes ke bagian tubuh di sekitarnya. "Kejadian ini ditunjukkan dengan melemahnya kondisi pasien dan tingginya angka hematokrit," urai dosen Ilmu Kedokteran Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Kebocoran plasma dapat memicu syok. Ini harus dini diantisipasi. "Perhatikan gejala penting lain seperti nyeri perut dan muntah," imbuh Alan.

Dalam kondisi syok, pasien DBD juga dapat mengalami perdarahan pada jaringan lunak. Entah di hidung, mulut, atau gusi. "Sedangkan kotorannya hitam seperti batu bara, kulitnya pucat dan dingin, serta ada penurunan kesadaran dan mengantuk," kata Alan.

Ketika tubuh mengalami kebocoran plasma, lanjut Alan, pemberian infus harus diperhitungkan dengan cermat. Jika penderita DBD masih dapat makan dan minum dengan baik, infus tidak diperlukan. Kalaupun diberikan tak lebih dari 48 jam. "Ini untuk menghindari terjadinya pembengkakan akibat menumpuknya cairan di dalam tubuh."

Alan juga mengimbau agar masyarakat tidak cepat-cepat meminta transfusi darah ketika trombosit merosot tajam. Tak perlu transfusi pula jika perdarahan hanya sedikit, tidak massif. "Kalau diberikan pada kondisi demikian, tidak ada gunanya."

Kapan pasien boleh pulang? Pada penderita DD, sebagian ada yang tak membutuhkan perawatan rumah sakit. Sebagian lain bernasib seperti mereka yang terkena DBD. "Aman untuk pulang saat trombosit sudah menanjak sampai 50-60 ribu atau mencapai atas 100 ribu, tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik, dan tidak ada stres," saran Alan.

Tetapi, jangan luput untuk terus memantau kondisi keluarga yang terkena demam berdarah. Ada beberapa pertanda yang mengindikasikan penurunan kondisi. "Seperti tidak bisa makan, muntah dan kaki-tangan teraba dingin," ujar Alan seraya menegaskan pemberian immunomodulator tidak efektif untuk mendongkrak stamina penderita demam berdarah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement