REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bukan hanya lingkungan kerja yang nyaman, sikap dan kepemimpinan bos pun sangat berpengaruh terhadap kesehatan para karyawan. Sebuah studi diterbitkan di Jurnal Psikologi Bisnis mengkaji hubungan antara bagaimana karyawan memandang lingkungan kerja mereka dan keberadaan mereka. Kesimpulan menarik diberikan oleh para peniliti dipimpin oleh Alice G. Walton
"Semakin negatif gaya kepemimpinan para bos, kian berkurang kebahagiaan anak buah. Itu bukan temuan mengejutkan. Ketika para bos mengontrol alih-alih mendorong dan menyemangati, maka kondisi psikologi anak buah pun kian rendah
Di sisi lain, ketika karyawan merasa otonomi mereka didorong untuk keluara, contoh ketika bos memberikan 'tugas rasional dan berarti' dan membuat karyawan merasa diminta berkontribusi ketimbang diperintah melakukan sesuatu, mereka pun secara keseluruhan memiliki kondisi psikologi baik.
Studi terdahulu menunjukkan stres dan ketegangan kerap diakibatkan ulah para bos yang memaksa, menekan dan menyerang hingga mempengaruhi hubungan pribadi bahkan keluarga. "Semakin anda menilai bos anda tidak kompeten, semakin tinggi risiko anda terkena serangan jantung, penyakit jantung dan kematian akibat seputar gangguan jantung.
Karyawan yang terdampak secara mental biasanya diminta untuk menyelesaikan kasus tersebut baik dengan bos atau manejemen lebih tinggi. Namun taktik ini jarang bekerja karena bos harus mau bertindak sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan karyawan.
Soal sikap bos sok kuasa ini ternyata menemui sandungan di Eropa di mana terdapat undang-undang di tempat kerja yang melarang sikap bullying. Tapi Amerika Serikat adalah satu-satunya negara demokrasi Barat yang tak memiliki UU sejenis. Versi UU Kesehatan Tempat Kerja dulu pernah diajukan pada 21 negara, namun hanya Senat di New York dan Illinois yang sejauh ini meloloskan UU tersebut.