Kamis 01 Mar 2012 09:03 WIB

Disfungsi Ereksi, Dapatkah Sembuh Total?

Disfungsi ereksi juga dapat memicu stres/ilustrasi
Disfungsi ereksi juga dapat memicu stres/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Impotensi, atau istilah yang lebih tepat disfungsi ereksi, adalah ketidakmampuan seseorang untuk mencapai atau mempertahankan ereksi dalam waktu yang cukup untuk bersenggama secara memuaskan. Namun, masyarakat lebih mengenal istilah impotensi. Padahal, impotensi dapat ditafsirkan sangat luas, misalnya banyak pasien yang mengeluh impoten ternyata yang dialami adalah ejakulasi dini.

Bila Anda mengalami ini, tidak perlu terlalu cemas. Masalah disfungsi ereksi (DE) ini merupakan masalah yang dialami oleh banyak pria di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, di Asia pada tahun 1995 terdapat sekitar 87 juta pria yang menderita DE.

Menurut dokter Zubairi Djoerban, ahli penyakit dalam dan guru besar FKUI, peristiwa ereksi terjadi melalui gabungan kerjasama antara otak, susunan saraf tepi, dan pembuluh darah di penis. Rangsang seksual diramu oleh otak kemudian diteruskan oleh sistem saraf tepi sampai ke penis sehingga terjadi peningkatan aliran darah masuk ke penis serta tertutupnya aliran darah ke luar penis, sehingga penis menjadi memanjang, kaku dan keras.

Selanjutnya, kata Zubairi, proses pengantaran rangsang dibantu oleh kerja beberapa hormon tertentu. Berdasarkan mekanisme itu maka penyebab DE dapat dibagi menjadi penyebab organik dan non-organik. Penyebab non-organik yaitu masalah psikis, misalnya depresi atau ada masalah dengan pasangan.

Sedangkan penyebab organik disebabkan oleh penyakit/kondisi medis tertentu yang menyebabkan gangguan pada saraf tepi, gangguan hormonal atau gangguan pada pembuluh darah. Penyakit/kondisi medis yang sering dikaitkan dengan timbulnya DE adalah diabetes mellitus (DM), hipertensi, kolesterol tinggi, hipogonadism, gangguan pada syaraf, konsumsi beberapa obat tertentu (misalnya antihipertensi, obat penenang, antiepilepsi, antiandrogen), penggunaan narkoba, minum alkohol, gagal ginjal, pasca pembedahan di daerah panggul, dan lain-lain.

Biasanya DE tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi merupakan gabungan dari beberapa faktor. DM dan DE saling berkaitan. Sekitar 60 persen pria dengan DM dan penyakit jantung iskemi ternyata menderita DE. Akibat DM yang tidak terkontrol maka akan terjadi komplikasi-komplikasi lanjutan. Selain DE juga bisa terjadi komplikasi lain yang bahkan dapat menyebabkan kematian. Sebut saja misalnya, gangguan pada pembuluh darah seperti pembuluh darah koroner sehingga timbul penyakit jantung koroner, pembuluh darah di tungkai, di otak sehingga risiko stroke meningkat, juga di ginjal sehingga terjadi gagal ginjal, serta di mata.

Komplikasi lain adalah gangguan pada saraf tepi, disebut neuropati yang salah satu keluhannya adalah kesemutan. DE pada penderita DM disebabkan karena terjadinya neuropati ditambah dengan adanya gangguan fungsi pembuluh darah. Selain itu terkadang penderita DM juga mengalami kecemasan akibat penyakitnya tersebut sehingga dapat juga menjadi faktor yang mempengaruhi timbulnya DE. ''DE dapat disembuhkan, namun sebelumnya perlu diidentifikasi faktor-faktor penyebabnya,'' ujar Zubairi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement