Jumat 16 Mar 2012 03:04 WIB

Orang Asia Mudah Terkena OSA Dibanding Orang Barat

Rep: Agung Sasongko/ Red: Dewi Mardiani
Tidur sambil ngorok atawa mendengkur (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Tidur sambil ngorok atawa mendengkur (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amerika Serikat (AS) merupakan negara dengan tingkat prevalensi terbesar untuk resiko Obstructive Sleep Apnea (OSA), yaitu sebuah penyakit di mana terdapat potensi pernapasan berhenti selama tidur. Data yang dipublikasikan www.wrongdiagnosis.com, menyebutkan prevalensi warga AS terkena OSA mencapai 12.955 juta jiwa.

Pakar Kesehatan Tidur, Rimawati Tedjasukmana SpS RPSGT, menjelaskan besarnya angka prevalensi warga AS dan mungkin masyarakat barat, disebabkan berat badan. Dengan tingkat kesejahteraan yang baik, berikut tingkat gizi yang bagus, AS dan negara barat lain berpotensi obesitas.

"Pada penderita obesitas terdapat timbunan lemak pada sekitar leher dan jalan pernafasan. Akibatnya, ketika otot-otot relaks timbunan lemak ini akan menghambat aliran udara ke tenggorokan dan paru," papar dia, dalam acara Workshop Bahaya di Balik Mendengkur, di Jakarta, Kamis (15/3).

Lantas bagaimana dengan Indonesia dan Asia? Menurut data tersebut, Indonesia dan Asia berada di posisi kedua dengan angka prevalensi 10 jiwa dari keseluruhan populasi penduduk. "Yang penting untuk diperhatikan, masyarakat Asia mudah terkena OSA karena ukuran hidung, rongga pernafasan, dan leher yang lebih kecil," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement