REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Bukan sehat tapi lebih kepada biaya murah. Demikian alasan mengapa para orang tua lebih memilih makanan ringan ketimbang buah-buahan sebagai menu cemilan anak. Konsekuensi dari pilihan itu berdampak pada meningkatnya resiko anak mengalami obesitas.
Namun, sebuah riset terbaru yang dipublikasikan Universitas Havard mengatakan cemilan sehat tidak selalu lebih mahal. Bahkan dalam beberapa kasus, para orang tua dapat menyajikan cemilan ekonomis. "Salah satu pertanyaan krusial yang kami ajukan beban keuangan sebuah keluarga ketika menyajikan cemilan sehat," kata Peneliti, Rebbecca Mozaffarian, yang meneliti di empat kota di Utara, Selatan, Timur dan Barat AS, seperti dikutip healtday.com, Senin (26/3).
Dari riset itu, kata Rebbeca, diketahui bahwa biaya rata-rata per makanan ringan adalah 57 sen. Untuk kawasan Barat dan Timur mencapai 47 sen. Wilayah Utara mencapai 78 sen. Seperti asumsi yang ada, cemilan sehat memang lebih mahal 50 persen.
"Akantetapi kami punya cara untuk menekan biaya sehingga jauh lebih ekonomis namun tidak ketinggalan standar kesehatan yang dibutuhkan," ujarnya.
Sebagai contoh saja, kata dia, sajikan air dengan buah-buahan ketimbang menyajikan jus. Sebab, buah-buahan memiliki nutrisi tambahan yang menyehatkan. Yang lebih penting lagi, anak-anak merasa lebih kenyang.
"Anak merasa kenyang lebih lama ketimbang saat disajikan jus," ungkapnya. Contoh lain, mungkin sajikan air putih dan cemilan keju potong ketimbang menyajikan susu coklat plus roti gandum.
Pakar Diet, Joy Dubost menyebut langkah itu dapat jadi alternatif. Namun, ia belum melihat studi ini terbilang komprehensif. Sebagai contoh saja, keripik Tortilia dihitung sebagai cemilan yang terbuat dari gandum dan tergolong cemilan sehat. Padahal kripik itu mengandung lemak jenuh tinggi yang berpotensi menyebabkan sakit jantung.
"Saus apel dianggap sebagai buah, padahal ada kandungan gula tambahan," ungkapnya.
Karena itu, Joy menyarankan agar konsumsi cemilan dilihat dari kandungan kalori dan natrium. Sebab, sebagian besar anak-anak AS terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung dua zat tadi. Saran saya ini mungkin adalah arah yang benar,"pungkasnya.