Senin 02 Apr 2012 09:08 WIB

Hobi Menimbun Barang? Hati-hati, Itu Gejala Gangguan Jiwa

Hobi menimbun barang ternyata merupakan gangguan psikologis atau jiwa
Foto: voanews
Hobi menimbun barang ternyata merupakan gangguan psikologis atau jiwa

REPUBLIKA.CO.ID, Menurut psikolog Elspeth Bell dari Pusat Terapi Perilaku Washington, para penimbun memiliki beberapa kepribadian tertentu. “Peka, pintar, kreatif, dan baik hati. Tetapi, ketika keempat karakteristik ini digabung dengan kecemasan, depresi, dan kurang perhatian, orang dihadapkan pada situasi bingung untuk mengambil keputusan,” papar Bell.

Mereka mungkin berpendapat sebuah barang akan bermanfaat suatu hari nanti atau merasa ada keterikatan emosional luar biasa pada barang tersebut. Mereka akan punya perasaan kehilangan yang sangat besar jika membuang barang itu. Hal itu akan menimbulkan risiko pada kesehatan mereka, mempengaruhi kemampuan mereka untuk berfungsi atau mengganggu kehidupan sosial mereka.

“Seseorang, misalnya, memiliki banyak timbunan barang di rumahnya hingga anak-anaknya mengatakan… ‘Ibu, kami mencintai ibu tetapi kami tidak ingin membawa cucu-cucumu mengunjungimu karena terlalu banyak barang di rumahmu/ tidak aman bagi anak-anak untuk bermain-main,” papar Bell lagi.

“Ketika kami melakukan pengamatan tentang masyarakat, kami menemukan frekuensi lebih tinggi menimbun barang pada laki-laki dibanding perempuan. Penimbunan barang terjadi pada semua kelas sosial. Hal ini terjadi di semua negara, semua budaya,” papar Jack Samuels yang mempelajari dasar biologis tingkah laku. Pakar psikoterapi dari Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins mengatakan bahwa penimbunan barang terjadi pada sekitar lima persen jumlah penduduk, suatu jumlah jauh lebih besar dari perkiraan semula.

“Sekitar sepertiga orang yang punya gangguan obsesif kompulsif (OCD) memiliki perilaku menimbun barang. OCD merupakan gangguan psikiatris yang ditandai dengan pikiran dalam benak berada di luar kendali seseorang. kemudian tekanan itu berubah menjadi tindakan yang dirasa harus dilakukan, meskipun orang itu tahu hal itu masuk akal.  Kami menemukan, ada kaitan erat dengan kromosom 14 pada keluarga yang memiliki perilaku menimbun. Jadi hal ini menunjukkan bahwa menimbun merupakan sub-tipe OCD dengan kontribusi genetik berbeda.”

Apa pun penyebabnya, Samuels mengatakan tidak ada pengobatan pada obsesi untuk menimbun, kecuali terapi yang membantu memperbaiki perilaku itu.

sumber : voanews
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement