Kamis 19 Apr 2012 16:51 WIB

Waspada, Konsumsi Gula Berlebih Mengundang Banyak Penyakit

Rep: Gita Amanda/ Red: Karta Raharja Ucu
Berbagai makanan olahan mengandung kadar gula yang tinggi. Biasanya hal itu dilakukan untuk menambah rasa. Waspadai dan batasi konsumsi makanan jenis itu.
Foto: corbis
Berbagai makanan olahan mengandung kadar gula yang tinggi. Biasanya hal itu dilakukan untuk menambah rasa. Waspadai dan batasi konsumsi makanan jenis itu.

REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Dibalik manisnya gula, ternyata menyimpan bahaya untuk kesehatan. Seorang profesor Robert Lustig dari Universitas California mengatakan, makanan dan minuman yang manis bisa berakibat buruk untuk kesehatan, terlebih bila dikonsumsi berlebihan.

Gula contohnya. Lustig mengungkapkan, dalam penelitian yang dilakukannya, mengonsumsi gula dalam dosis tinggi bisa berubah menjadi racun dan menjelma sebagai kontributor utama penyebab berbagai penyakit, termasuk jantung dan obesitas.

Lustig mengatakan, segala macam makanan manis dalam segala penyamarannya, seperti gula halus, madu atau sirup berisiko mengundang berbagai penyakit seperti obesitas, diabetes tipe 2, jantung, tekanan darah tinggi dan kanker. “Gula merupakan racun baik sebagai sirup atau dalam bentuk kristal. Mereka pada dasarnya setara, mereka sama-sama buruk dan beracun,” ujar Dr. Lustig seperti dinukil Dailymail.

Dalam sebuah wawancara selama 60 menit dengan seorang pakar obesitas Ludwig, ia mengatakan gula adalah biang kerok terjadinya krisis kesehatan publik di Amerika serikat. Biang keladinya adalah soda, kue, permen, kue kering dan es krim semua nama tersebut diperiksa dan sangat berbahaya. Tapi bahaya bakal datang bila gula dikonsumsi dalam jumlah tinggi.

Perkiraan terbaru menunjukan 16 persen dari total kalori dalam makanan yang dikonsumsi warga Amerika berasal dari tambahan gula. American Heart Association merekomendasikan maksimal tambahan gula untuk wanita adalah 100 kalori (25 gram), sementara untuk pria kadar aman ada di angka 150 kalori (sekitar 38 gram). Ilmuan nutrisi Dr David Katz mengatakan, “Ini bukan gula yang menjadi racun, tetapi dosis yang membuat racun,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement