Senin 23 Apr 2012 16:13 WIB

Meningitis, Si "Travel Disease" yang Perlu Diwaspadai

Rep: Agung Sasongko/ Red: Dewi Mardiani
Vaksin meningitis/ilustrasi
Vaksin meningitis/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski Indonesia bukanlah negara endemis bakteri Neisseria Meningitidis, penyebab penyakit Meningokokus, sikap waspada perlu dikedepankan. Meningokokus adalah sejenis penyakit yang menyerang selaput otak dan sumsum tulang belakang. Penyakit ini jadi salah satu perhatian di dunia penyakit perjalanan. Angka kejadiannya bervariasi di seluruh dunia, namun tertinggi ada di Sub Sahara, Afrika.

Ketua Satgas Imunisasi Dewasa, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Dr dr Samsuridjal Djauzi SpPD-KAI, menjelaskan Indonesia mungkin bukan negara endemis, namun dengan jumlah jemaah haji dan umrah terbesar di dunia, maka masyarakat Indonesia rentan terpapar resiko penyakit itu. Bahkan, orang Indonesia bisa menjadi carrier (pembawa bakteri, tapi tidak timbul gejala).

"Penyakit ini cukup berat dan biasanya harus lebih hati-hati karena perjalanan penyakit ini demikian cepat," papar dia dalam acara Hari Meningitis se Dunia di Jakarta, Senin (23/4).

Samsuridjal mengungkap, resiko terbesar terkena paparan bakteri tersebut adalah kalangan usia lanjut. Soalnya, di usia ini, daya tahan tubuh mulai mengalami penurunan dan tubuh mudah terkena penyakit ini dengan cepat. "Mereka yang terkena umumnya tidak menyadari bahwa mereka terkena gejala wal dari penyakit meningokokus," kata dia.

Gejala awal Meningokokus ini seringkali tidak spesifik dan mirip flu, sehingga sulit bagi tenaga kesehatan profesional untuk mendiagnosis secara dini. "Yang pasti, gejala-gejala yang umum terjadi itu, leher kaku, kulit bintik-bintik seperti ruam, demam, sakit kepala, dan kejang-kejang," paparnya.

Menurut Samsuridjal, sekali terjangkit, seseorang dapat membawa bakteri sampai enam bulan. Memang kurang dari satu persen dari pembawa bakteri ini, tetapi karena penyakit ini menular, maka memperluas penyebaran penyakit "Penyakit ini mudah ditularkan dengan kontak fisik secara langsung seperti batuk, atau bersin," katanya.

Karena itulah, kata Samsuridjal, vaksin diperlukan untuk membentengi tubuh dari serangan bakteri. Selain itu, perlu juga disiapkan antibiotik guna dikonsumsi pada saat berpergian ke negeri wilayah endemis Meningitis. "Perlu anda tahu, vaksinasi ini akan menurunkan tingkat kematian. Karenanya, kalau di negara maju vaksinasi itu dianggap sebagai imunisasi."

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا
Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh.

(QS. An-Nisa' ayat 136)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement