Selasa 24 Apr 2012 19:25 WIB

Resistensi Obat Jadi Kendala Pengendalian Malaria

(Illustrasi) Nyamuk Anophles, penular Malaria
Foto: PORTALEUREKA.COM
(Illustrasi) Nyamuk Anophles, penular Malaria

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyatakan resistensi terhadap obat antimalaria menjadi salah satu faktor yang mengancam keberlanjutan upaya pengendalian penyakit malaria.

Bersama dengan kendala pendanaan dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang malaria, resistensi obat berpotensi membalikkan pencapaian upaya pengendalian malaria yang sudah dilakukan dalam satu dekade terakhir, demikian siaran pers  WHO Regional Asia Tenggara, Selasa.

Oleh karena itu WHO meminta pemangku kepentingan bidang kesehatan mengalokasikan lebih banyak dana untuk pengendalian malaria guna memastikan pencapaian target pengendalian malaria.

Menurut data organisasi kesehatan itu, di Asia Tenggara ada 28 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian pada 2010. Angka kejadian malaria per 1.000 populasi berisiko sudah turun dari 30 tahun 2000 menjadi 22 pada 2010.

Meski program pengendaliannya menunjukkan pencapaian bermakna namun penyakit malaria masih menjadi beban di beberapa negara termasuk Bhutan, Indonesia, Nepal, Srilanka, dan Thailand.

Resistensi obat antimalaria mulai muncul di beberapa negara. Tahun 2009 resistensi terhadap obat Artemisinin muncul di perbatasan Thailand dan Kamboja. Kondisi serupa muncul di Vietnam dan Myanmar pada 2011.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement