REPUBLIKA.CO.ID, Alergi bisa menyerang siapa saja, dari anak-anak hingga orang dewasa. Namun, bila terjadi pada anak-anak, orangtua boleh jadi akan lebih kelabakan karena bingung mencari penyebab dan obatnya.
Ketua Divisi Alergi-Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI-RSCM, dr Zakiudin Munasir, SpA (K), menjelaskan alergi yang menimpa anak-anak ada beberapa jenis, yakni asma bronkial, rhinitis alergika, urtikaria, dermatitis atopik, konjungtivitis alergika, dan alergi makanan.
Di usia dini, tanda-tanda reaksi alergi biasanya berupa infeksi kulit (seperti ruam merah) dan gangguan saluran cerna (muntah dan lain-lain). Dengan bertambahnya usia, reaksi alergi utama adalah pada sistem pernapasan seperti asma dan rhinitis (gangguan fungsi hidung).
Sedangkan bahan yang dapat mencetuskan alergi sangat bervariasi, seperti makanan, debu, bulu hewan, serbuk sari, dan kutu tungau. Alergi juga bisa disebabkan oleh makanan seperti susu sapi dan telur. Untuk Indonesia, lanjutnya, lima besar makanan pencetus alergi pada anak-anak adalah kelompok crustacea (kepiting, udang), kacang, makanan laut, telur, dan susu sapi. Zakiudin juga menyebutkan makanan yang jarang menimbulkan alergi adalah daging ayam, buah-buahan, serta sayuran.
Zakiudin mengungkapkan, di Indonesia semakin banyak kasus alergi diderita anak-anak. Melonjaknya kasus alergi pada anak di Indonesia, selain disebabkan oleh faktor genetik, juga dipengaruhi faktor lingkungan, dan imunologi. Selain itu, faktor gaya hidup orang tua, seperti merokok waktu hamil, anak tidak mendapat ASI atau singkat, sering terpapar polusi dan diet, turut berpengaruh.
Karena itu, sangat penting bagi ibu untuk melakukan tindakan-tindakan preventif pada masa kehamilan, kelahiran, maupun pada masa kanak-kanak. Karena, jika kita memiliki alergi risiko anak alergi pun akan besar.
Karena alergi belum dipandang sebagai ancaman epidemik seperti penyakit infeksi semacam tuberkulosis (TB) dan campak, maka belum banyak tindakan preventif yang dilakukan masyarakat. Padahal, keadaan ini berpotensi menjadi masalah di kemudian hari. Karena tak hanya mengganggu kualitas hidup penderita, namun juga menurunkan produktivitas orang-orang di sekelilingnya, penyebab stres pada anak, dan menurunkan prestasi anak.
Bahkan dari sudut pandang sosial-ekonomi, penyakit alergi memakan biaya yang tidak sedikit, baik yang dikeluarkan oleh masyarakat maupun pemerintah di seluruh belahan dunia.
Namun, yang pasti, untuk para orangtua, Zakiudin berpesan, jangan takut dengan alergi karena bisa dicegah bila dilakukan tata laksana atau diintervensi sejak dini.
Sedangkan menurut Kepala Divisi Pediatric Gastroenterology and Hepatology, Ludwig Maximilans Univesity Munich, Jerman, Prof Sibylle Koletzko, alergi bisa dicegah dengan menghindari alergen (zat atau bahan yang bisa menimbulkan hipersensitif atau alergi). "Sangat penting mengetahui jenis makanan yang dapat mencetuskan alergi karena menghindari makanan pencetusterjadinya alergi (eliminasi) merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya alergi," katanya.