Kamis 26 Jul 2012 11:04 WIB

Hati-hati Konsumsi Garam, karena...

Rep: Wachidah Handasah/ Red: Endah Hapsari
Garam
Garam

REPUBLIKA.CO.ID, Sudah sejak beberapa dekade lalu, garam diyakini menjadi pemicu tekanan darah tinggi yang merupakan pertanda penyakit jantung. Untuk penderita tekanan darah tinggi (hipertensi) yang parah, penanganan dengan obat-obatan mungkin diperlukan. Namun buat mereka yang belum mendapati taraf itu (parah), upaya pencegahan tentu lebih baik. Yakni dengan mengurangi konsumsi zat yang menjadi picu hipertensi: garam.

Selama ini, garam seolah ditabukan karena bisa meninggikan tekanan darah. Namun sampai kini belum diketahui secara pasti sejauh mana garam menjadi problem bagi orang-orang yang memiliki tekanan darah normal.

Lewat penelitian diketahui pula bahwa lemak jenuh yang biasanya ditemukan pada daging berwarna merah, mentega dan produk-produk hewani lainnya merupakan ancaman terbesar bagi jantung dan pembuluh darah. Ancaman ini jauh bahkan lebih besar ketimbang kolesterol.

Berkait dengan garam ini, dua kelompok peneliti telah melakukan riset. Namun dua penelitian yang dilakukan sekitar tiga tahun lalu itu menunjukkan hasil yang berbeda -- kalau tidak dikatakan bertolak belakang. Penelitian pertama yang hasilnya dilaporkan di British Medical Journal menyimpulkan bahwa pengurangan asupan garam akan menurunkan tekanan darah, tak hanya pada penderita hipertensi tapi juga pada mereka yang tidak menderita tekanan darah tinggi.

Namun studi lain yang diumumkan hasilnya pada minggu yang sama di Journal of the American Medical Association menyatakan bahwa orang dengan tekanan darah normal tidak akan mendapatkan keuntungan yang signifikan dari pengurangan konsumsi garam.

Manakah yang benar? Mungkin tidak satu pun dari keduanya. Sebab, setelah diamati, ternyata masing-masing penelitian tersebut mengandung kelemahan. Ketimbang repot memikirkan hasil penelitian itu, akan lebih bermanfaat bila kita mencari jawaban untuk satu pertanyaan ini:

Asal tahu saja, meski sepintas tampak sepele, para ahli belum menemukan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan itu. Namun itu bukan berarti kita harus menyerah. Setidaknya, kita bisa menyimak saran yang diberikan Dr Theodore Kotchen, pakar gizi dari Medical Coillege of Wisconsin. ''Meski belum banyak bukti-bukti ilmiah yang mendukung, menjaga agar tingkat asupan garam tetap rendah adalah langkah yang baik. Ini karena sebegitu jauh belum ada bukti yang menunjukkan bahwa diet rendah garam merupakan hal yang berbahaya.''

Namun ada satu pengecualian. Yaitu orang-orang yang kehilangan banyak garam lewat keringat karena olahraga atau kerja fisik yang berat. Pengurangan asupan garam pada mereka justru bisa membahayakan kesehatan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement