Kamis 02 Aug 2012 19:11 WIB

Pengobatan Kanker Payudara dengan Injeksi

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Chairul Akhmad
Kanker payudara (ilustrasi).
Foto: riversideonline.com
Kanker payudara (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Di Indonesia, termasuk di Yogyakarta, kanker payudara menduduki kasus yang terbanyak di antara penyakit kanker.

Dan sekitar 20-35 persen penyakit kanker payudara di Indonesia dengan tipe HER2 positif, sehingga punya kecenderungan berkembang lebih ganas dan pasiennya relatif lebih muda (40-50 tahun).

Hal itu dikemukakan peneliti utama dari RSUP Dr Sardjito dr Johan Kurnianda, SpPD-KHOM dalam Peluncuran Penelitian SafeHer Penelitian Global Keamanan Trastuzumab di Hotel Novotel Yogyakarta, Kamis (2/8). 

Berbeda halnya dengan di Eropa dan Amerika kebanyakan kanker payudara berkembang lebih proses hormonal dan penderitanya sudah usia lanjut. Kanker payudara dengan tipe HER2 positif merupakan kanker payudara yang berkembang tidak melalui proses hormonal melainkan karena protein HER2 diproduksi secara berlebihan.

“Kanker payudara jenis ini lebih cepat resisten terhadap obat standar radiasi maupun kemoterapi,” jelas Johan.

Oleh karena itu, untuk mengatasi kanker payudara dengan status HER2 positif diberi obat anti HER2 (Trastuzumab) dan obat ini terbukti efektif sebagai terapi tunggal atau kombinasi dengan kemoterapi standar. Karena dapat meningkatkan respon pengobatan, harapan hidup dan kualitas hidup yang lebih baik pada penderita kanker payudara stadium lanjut dengan HER2 positif.

Menurut Health Medical Management Roche, Dr Arya Wibitomo, selama ini pengobatan dengan Trastuzumab dilakukan melalui infus intravenus yang membutuhkan waktu 30-90 menit. 

Saat ini, sedang dilakukan penelitian SafeHer untuk melakukan inovasi dalam pengobatan HER2 positif dengan Trastuzumab lewat injeksi di bawah kulit (subkutan).

''Dengan pemberian obat injeksi diharapkan lebih nyaman untuk pasien, dan aman karena hanya memerlukan waktu lima menit. Diharapkan nantinya pasien bisa menyuntikkan sendiri seperti pemberian insulin pada pasien diabetes mellitus,'' kata Arya.

Penelitian SafeHer ini dilakukan di 40 negara (300 rumah sakit) dengan 2.500 pasien. Di Indonesia sendiri penelitian ini dimulai tahun ini di lima RS Pendidikan (RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, RSUP Ciptomangunkusumo Jakarta, RS Kanker Dharmais Jakarta, RS Hasan Sadikin Bandung dan  RS Dr Sutomo Surabaya).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement