REPUBLIKA.CO.ID, Fertilitas (kesuburan) pada pria memang tidak hanya bisa dilihat dari keberadaan organ reproduksi yang utuh dan lengkap serta kemampuannya untuk ereksi dan ejakulasi. ''Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), ciri dan kriteria fertilitas seorang pria dilihat dari aspek sperma yang dia keluarkan,'' ujar Wahyuning Ramelan, ahli andrologi.
Masih menurut kriteria WHO, secara makroskopis, sperma yang baik adalah yang memiliki volume sekitar 2 sampai 5 mililiter, berbau khas (bukan berbau busuk), mencair dalam waktu kurang dari satu jam jika berada di luar organ reproduksi wanita, dan berwarna putih keruh dengan kekentalan yang normal. ''Sperma yang encer menunjukkan kualitasnya yang kurang baik,'' kata Wahyuning.
Secara mikroskopis, sperma dikatakan berkualitas jika spermatozoa yang terkandung dalam setiap mililiter sperma berjumlah sekitar 20 sampai 40 juta dengan 30 persen di antaranya berbentuk normal, mobilitasnya bagus (gerak lurus dan cepat), dan tidak ada aglutinasi (dua spermatozoa yang melekat).
Jika syarat-syarat tersebut kurang terpenuhi maka akan terjadi beberapa kelainan pada sperma yang dihasilkan, seperti oligozoospermia (jumlah spermatozoa yang dihasilkan kurang dari 15 juta), astenozoospermia (gerakan spermatozoa tidak normal, zigzag atau bahkan melengkung), teratozoospermia (jumlah spermatozoa yang normal jauh di bawah 30 persen), azoospermia (sperma yang dikeluarkan hanya berupa cairan saja sehingga tidak mengandung spermatozoa), dan aspermia (tidak ada sperma yang dikeluarkan).
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan, infertilitas seorang pria tidak berhubungan dengan kemampuan seksualnya. Patut pula dicatat, kesuburan pria juga kian menurun sejalan dengan bertambahnya umur. ''Sampai menjadi kakek pun sperma masih bisa dihasilkan, akan tetapi potensi untuk mendapatkan anak dengan kelainan makin besar,'' kata Wahyuning.
Mengenai penyebab infertilitas pada pria, Wahyuning membaginya dalam dua bagian. Pertama adalah faktor genetik. Pria dengan kromosom berjumlah 47 (XXY), kata dia, tidak akan menghasilkan sperma. Sementara pria dengan jumlah kromosom 46 tetapi tipe XX, maka spermatogenesis-nya (proses pembuatan sperma) akan terganggu.
Selain faktor genetik, ada pula faktor dari luar yang bisa didapat dari penyakit menular seksual. Jika tak ditangani sebagai mestinya, penyakit ini berpotensi menyumbat saluran keluar sperma atau merusak spermatogenesis-nya. ''Radiasi juga bisa menurunkan fertilitas, bahkan menyebabkan kemandulan.''