Sabtu 08 Sep 2012 07:58 WIB

Agar Kanker Payudara tidak Datang Lagi

Rep: Nina Chairani/ Red: Endah Hapsari
Simbol kanker payudara
Foto: akiavintage.com
Simbol kanker payudara

REPUBLIKA.CO.ID, Ada kekhawatiran yang selalu menghantui para mantan penderita kanker payudara. Mereka cemas, kanker payudara itu muncul lagi (kambuh). Adalah wajar jika mantan penderita kanker payudara didera kekhawatiran seperti itu. Sebab, kekambuhan itu memang dimungkinkan. Karena itu, seperti dikatakan dokter Zubairi Djoerban SpPD KHOM, konsultan hematologi dan onkologi medik dari FKUI, setiap pasien kanker payudara yang telah selesai menjalani pengobatan harus terus memeriksakan dirinya secara teratur agar bisa segera mengetahui bila muncul tanda-tanda kekambuhan. 

''Mendeteksi kekambuhan pada tahap awal menjadi penting karena hasil pengobatannya akan lebih baik dibandingkan hasil pengobatan kekambuhan yang sudah lanjut.'' Kanker payudara yang kambuh (residif), kata Zubairi, adalah kanker yang muncul kembali setelah dinyatakan remisi dengan pengobatan. Dan perlu Anda tahu, kanker yang kambuh tak selalu ditandai oleh adanya benjolan, tetapi dapat berupa sesak nafas atau nyeri pada tulang. Kekambuhan juga tak harus terjadi di tempat yang sama. Tapi dapat juga terjadi pada kelenjar getah bening, jaringan sekitar payudara, bahkan organ-organ yang jauh seperti paru-paru, hati, dan tulang. 

''Prinsipnya kanker payudara dikatakan kambuh bila ditemukan kembali sel kanker dengan jenis yang sama,'' ungkap Zubairi dalam sebuah seminar tentang kanker payudara di Jakarta, beberapa waktu berselang. Mengapa kanker bisa kambuh? Tentang hal ini Zubairi menjelaskan, kekambuhan itu mungkin karena pada waktu pengobatan sebelumnya ada sebagian kecil sel kanker yang tidak musnah. Sel-sel itu juga tidak dapat dibasmi oleh sistem pertahanan tubuh kita. Karena jumlahnya hanya sedikit, sel-sel kanker itu semula tak terdeteksi dan tidak menimbulkan tanda atau gejala apapun. 

Tapi kemudian, sel-sel kanker itu berkembang biak dan menyebar ke bagian tubuh lain melalui sistem peredaran darah atau getah bening. ''Setelah cukup banyak barulah menimbulkan tanda dan dapat dideteksi,'' terang dokter yang juga punya perhatian besar pada penyakit HIV/AIDS ini. Untuk mengantisipasi kemungkinan kekambuhan itulah, setiap pasien dianjurkan memeriksakan diri secara teratur, baik memeriksa sendiri di rumah atau rutin ke dokter setiap periode tertentu. 

Jika timbul tanda atau gejala kekambuhan maka harus segera dipastikan apakah gejala itu karena kanker atau bukan. ''Bila pasien sesak nafas misalnya, harus dipastikan apakah itu karena penyebaran sel-sel kanker payudara ke paru-paru atau akibat kondisi medis lain,'' lanjut ketua Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia ini. Bila memang kanker, harus juga dipastikan apakah itu merupakan kekambuhan. Karena dapat saja orang menderita lebih dari satu kanker. ''Harus dipastikan juga apakah pertumbuhan kanker masih terbatas di payudara atau telah menyebar ke jaringan atau organ lain.'' 

Pengobatan utama pada kanker payudara residif, menurut Zubairi, adalah dengan kemoterapi. Bisa juga dikombinasikan dengan radioterapi atau terapi hormonal. Operasi jarang dilakukan pada kanker yang residif, namun tindakan pembedahan diserti atau tanpa radioterapi harus dipertimbangkan pada kasus residif lokal. ''Karena residif lokal masih ada tempat operasi. Tapi kalau tempatnya jauh dan banyak yang sudah menyebar, buat apa dioperasi.'' 

Selain pengobatan secara medis, upaya penyembuhan bagi penderita kanker payudara kambuhan juga perlu ditunjang oleh rasa optimisme dari pasien dan dukungan dari keluarga serta lingkungan terdekat. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement