Kamis 06 Sep 2012 08:25 WIB

Penderita Obesitas Bisa Miliki Metabolisme Sehat

Obesitas/ilustrasi
Obesitas/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Para ilmuwan menyatakan bahwa hampir separuh dari total orang yang mengalami kegemukan, sama sehatnya dengan orang yang langsing, karena tidak menghadapi risiko berkembangnya penyakit jantung atau pun kanker.

Salah satu faktor penurun risikonya adalah olahraga yang dijalani, menurunkan tingkat obesitas yang menjadi sumber pemicu penyakit kronis.

Ini menunjukkan bahwa orang kegemukan juga bisa memiliki metabolisme yang sehat, meskipun indeks massa tubuh mereka kemungkinan tidak berkata demikian.

Penelitian lain membuktikan bahwa dari seluruh kasus penyakit jantung, penyakit ini lebih parah saat diderita oleh orang dengan bobot tubuh normal atau pun kurus, dibandingkan dengan mereka yang kegemukan.

Sementara itu, satu penelitian internasional dengan responden sebanyak 43.246 orang ini, membuktikan bahwa orang yang mengalami obesitas juga dapat memiliki metabolisme yang sehat, sehingga memungkinkan untuk mereka memiliki tingkat risiko penyakit kardiovaskular dan kanker yang sama dengan orang kurus.

Penderita obesitas dengan metabolisme yang sehat, tidak akan menderita gangguan seperti diabetes, kolesterol tinggi, hipertensi. Hal ini diketahui setelah diadakan pemeriksaan mengenai kinerja jantung dan paru-paru mereka yang bekerja lebih baik daripada penderita obesitas lain.

Pemimpin penelitian yang merupakan anggota asosiasi peneliti dari Department of Physical Activity and Sport, University of Granada, Spanyol serta Karolinska Institute, di Swedia, Dr. Francisco Ortega, menyatakan penelitian ini membuktikan bahwa penderita obesitas dengan metabolisme sehat, memiliki tingkat kebugaran yang lebih baik dibandingkan dengan penderita obesitas lainnya.

"Kami meyakini bahwa olah raga secara teratur, memiliki pengaruh yang besar terhadap sistem tubuh dan organ tubuh, dan secara konsisten dapat meningkatkan kesehatan metabolisme seseorang, meskipun orang ini mengalami obesitas," kata Ortega.

Berdasarkan penelitiannya, Ortega menyarankan para ahli terapi tidak mengeneralisasi penderita obesitas dengan prognosis yang sama.

"Para tenaga medis seharusnya menilai tingkat kebugaran, kadar lemak, serta metabolisme tubuh, untuk mengetahui estimasi yang lebih akurat mengenai risiko penyakit kardiovaskular serta kanker pada pasien obesitas," ujar Ortega.

Ortega mengatakan bahwa masyarakat awam selalu meyakini bahwa bobot tubuh yang selalu terjaga dapat membantu pencegahan masalah penyakit jantung.

Namun Ortega mengatakan bahwa pasien penderita obesitas dan berat yang mengalami masalah penyakit jantung, akan mendapatkan efek negatif saat mereka berjuang terlalu keras untuk mengurangi berat badan.

Perawat penyakit jantung senior dari British Heart Foundation (BHF), Amy Thompson mengatakan bahwa pada kebanyakan kasus, obesitas tidak bisa disangkal sebagai faktor risiko berkembangnya penyakit jantung koroner. Namun menurut Amy, penelitian ini membuktikan bahwa penyakit jantung tidak selalu terkait dengan bobot tubuh. Namun dimana timbunan lemak itu berada, itu yang akan mempengaruhi kesehatan dan kebugaran Anda.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement