Selasa 30 Oct 2012 00:10 WIB

Orang Usia Lanjut Berisiko Tinggi Alami Malnutrisi

Rep: Fenny Melisa/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi.
Foto: freepresskashmir.com
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Orang usia lanjut ternyata berisiko malnutrisi. Demikian yang disampaikan konsultan gizi dari Perhimpunan Gerentologi Medik Indonesia (Pergemi), Dr Siti Setiati, SpPD pada diskusi "A Closer Look to Nutrition for Healthy Aging", Senin (29/10). 

"Seiring bertambah tua seseorang, prevalensi malnutrisi juga semakin tinggi yakni sebesar 65 persen," ujar Setiati. 

Malnutrisi, tutur Setiati, merupakan salah satu dari gangguan kesehatan yang terjadi pada orang usia lanjut.

"Malnutrisi satu dari gangguan yang menyertai orang usia lanjut selain dimensia (daya ingat berkurang), penglihatan berkurang, kaki terasa sakit, dan permasalahan psikologis seperti despresi atau perasaan kehilangan," ujar Setiati.

Setiati menuturkan faktor penyebab malnutrisi diantaranya adalah faktor kesehatan, intake nutrisi, perubahan komposisi tubuh dan fungsi organ, serta faktor lingkungan sosial ekonomi.

"Intake nutrisi yang berkurang akibat menurunnya fungsi indera pengecapan membuat  rasa dan bau makanan menjadi tidak menarik sehingga nafsu makan pun menurun," kata Setiati.

Malnutrisi pada orang usia lanjut, kata Setiati, perlu untuk diatasi karena malnutrisi dapat meningkatkan resiko komplikasi dan infeksi serta memperlambat proses penyembuhan.

"Dampak dari malnutrisi terutama pada orang usia lanjut sangat besar pada gangguan kesehatan. Malnutrisi pada orang usia lanjut bisa menyebabkan daya tubuh semakin berkurang sehingga proses penyembuhan pun semakin lambat," tutur Setiati.

Karena itu, Setiati menekankan perlunya identifikasi malnutrisi pada orang usia lanjut dengan melakukan screening.

"Screening dilakukan dengan melihat kondisi berat badan dan mengidentifikasi penurunan nafsu makan orang usia lanjut. Setelah screening, kemudian dicari penyebab malnutrisi yang kemudian dilanjutkan dengan terapi nutrisi yakni pemberian nutrisi yang sesuai dengan kondisi tubuh ," kata Setiati.

Proses screening, jelas Setiati, dapat dilakukan oleh petugas kesehatan dan dilakukan secara regular tiga atau enam bulan sekali. "Pascascreening kemudian dilakukan pengkajian, terapi nutrisi, dan dilanjutkan monitoring dan evaluasi," kata Setiati.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement