Jumat 23 Nov 2012 17:40 WIB

Begini Pola Makan Sehat Ala Ottoman

Rep: Wachidah Handasah/ Red: Endah Hapsari
Pendidikan dasar era Ottoman (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Pendidikan dasar era Ottoman (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Kamu adalah apa yang kamu makan. Begitu kata pepatah. Umat Islam, pada berabad-abad yang lalu pun ternyata telah memahami hal itu. Mereka tak mau sembarang makan. Sebaliknya, apa pun yang mereka konsumsi harus berimbas positif pada kesehatan. Prinsip ini setidaknya diterapkan pada masa Kesultanan Turki Ottoman atau dikenal juga dengan sebutan Kesultanan Utsmaniyah (1299-1923). 

Kesultanan Ottoman adalah negara multietnis dan multireligius. Negeri ini didirikan oleh Bani Utsman, yang selama lebih dari enam abad kekuasaannya dipimpin oleh 36 orang sultan, sebelum akhirnya runtuh dan terpecah menjadi beberapa negara kecil. Selama enam abad, kesultanan ini menjadi pusat interaksi antara Barat dan Timur.

Pada zaman Ottoman, pilihan menu makanan sehari-hari harus memenuhi spesifikasi yang disebut “enam peraturan yang harus diikuti untuk hidup sehat”. Salah satu dari peraturan tersebut adalah menyeimbangkan menu makanan. Para ilmuwan pada masa itu percaya, makanan dan minuman menjadi hal yang paling penting dalam kesehatan. Makanan dianggap tidak hanya menyediakan nutrisi bagi tubuh tetapi juga mempertahankan kesehatan. 

Prinsip kesehatan dan keseimbangan nutrisi dalam ilmu kesehatan Ottoman didasarkan pada teori elemen dan cairan tubuh. Banyak buku kesehatan pada masa itu membahas bagaimana menjaga tubuh dari efek berbahaya ketika seseorang tidak mengontrol makanan yang dikonsumsi. Untuk menentralisasi makanan ‘berbahaya’ yang telanjur masuk ke dalam tubuh, disarankan untuk mengonsumsi makanan lain yang berfungsi sebagai penangkal.  Sekadar contoh, makanan yang bersifat dingin seperti mentimun dapat dinetralkan dengan makanan lain yang bersifat hangat seperti bawang putih atau daun mint. 

Para pakar kesehatan Ottoman juga berhasil mendeteksi beberapa jenis makanan yang berbahaya bila dimakan secara bersamaan. Sebut saja, misalnya, yoghurt dan berbagai makanan olahannya hendaknya tidak dimakan bersamaan dengan anggur. Sedangkan makanan yang mengandung cuka tidak boleh dimakan bersamaan dengan anggur mentah, ikan asin, dan daging yang dikeringkan. Begitu pun nasi, sebaiknya tidak dimakan dengan makanan bercuka. 

Minuman dingin tidak boleh dikonsumsi seusai menikmati buah. Ikan segar, susu, dan keju juga tidak boleh dimakan bersamaan. Hal serupa juga berlaku pada daging dan ikan yang diyakini akan menyebabkan penyakit kronis jika dimakan bersamaan. 

Makanan juga dapat diatur sesuai temperamen seseorang. Pada orang yang bertemperamen seimbang, maka daging — khususnya daging anak domba dan anak lembu --sangat baik untuknya. Makanan ini dapat menjaga kesehatan dan menghindarinya dari penyakit.

Ada pula pengaturan makanan untuk orang yang bertemperamen tinggi (panas). Pada pagi hari, mereka disarankan memakan satu atau dua potong roti yang direndam dalam asam serbat. Asam ini bisa dibuat dari buah delima, anggur, apel, atau jus lemon. Bila ingin makan ikan, maka ikan ini harus dicampur dengan cuka. Mereka tidak boleh terlambat makan karena akan menyebabkan sakit kepala.

Para ilmuwan kesehatan Ottoman juga telah mengatur makanan sesuai dengan musim. Menurut mereka, musim dapat memengaruhi tingkat cairan tubuh.  

Ciri khas musim semi adalah hangat dan lembab. Maka, makanan yang dingin dan kering harus dimakan pada pagi dan sore hari untuk menghindari kerusakan darah. Makanan yang sangat manis memiliki efek buruk terhadap darah dan harus dihindari. Daging juga baik dikonsumsi selama musim semi.  

Di musim panas ketika udara terasa panas dan kering, cairan empedu akan meningkat. Karena itu, makanan yang mengaktifkan atau memperbanyak produksi cairan empedu harus dihindari. Makanan dan minuman yang asam seperti jus delima, anggur, lemon, dan apel dapat menurunkan produksi cairan empedu, sehingga sangat baik dikonsumsi. Makanan dingin seperti mentimun dan sup yang dibuat dengan campuran cuka juga baik untuk tubuh di musim panas. Sebaliknya, masakan yang sangat asin, berbumbu, atau memiliki rasa yang kuat harus dihindari.

Pada musim gugur, darah cenderung berkurang dan cairan hitam empedu meningkat. Ciri khas musim ini adalah dingin dan kering. Maka, seseorang harus menghindari makanan yang kering dan asin. Makan yang lembab dan hangat sangat disarankan.

Selama musim dingin lendir dalam tubuh meningkat sehingga kita harus menghindari makanan dan minuman yang membuatnya lebih meningkat lagi. Yang paling tepat dikonsumsi pada musim ini makanan yang hangat dan kering, misalnya, masakan yang dimasak dengan bawang putih, bawang merah, atau rempah-rempah seperti jahe dan lada.

Tentu, tak hanya umat Islam pada masa Kesultanan Ottoman yang ingin hidup sehat. Umat Islam di era modern pun ingin menikmati kemewahan yang bernama sehat itu. Maka, tak ada salahnya jika Anda menerapkan pola makan sehat ala Ottoman.  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement