REPUBLIKA.CO.ID, Batuk yang kita alami setiap saat bisa diakibatkan karena banyak hal. Namun, pada hakikatnya, batuk adalah reaksi yang di lakukan tubuh karena kemasukan benda asing melalui jalur pernapasan. Tanpa disadari, sering kali batuk yang dialami diabaikan begitu saja karena dianggap masalah ringan. “Padahal, batuk tersebut bisa jadi merupakan gejala penyakit di dalam tubuh kita,” ujar ahli penyakit pernapasan dari Departemen Pulmonologi FK UI, Wiwien Heru Wiyono.
Mereka yang mengalami batuk berkepanjangan tidak tertutup kemungkinan menderita penyakit tuberkulosis (TBC) atau kanker paru-paru. Apabila menyerang orang yang usianya kurang dari 25 tahun, biasanya karena TBC. Meski hal itu belumlah pasti. Bisa jadi orang di bawah usia 25 tahun itu juga terkena kanker paru-paru, atau di atas 25 tahun terkena TBC. Untuk hasil pastinya, harus melalui serangkaian pemeriksaan yang panjang.
Biasanya, jika yang menderita batuk adalah orang yang juga memiliki risiko tinggi terkena kanker paru-paru, batuk ini merupakan gejala kanker yang sudah parah. Risiko tinggi orang terkena kanker paru-paru adalah pria berumur 40 tahun dan aktif merokok. “Kemungkinan besar kankernya sudah lebih dari tiga sentimeter,” kata Wiyono.
Batuk yang diderita terus-menerus, sudah mencoba berbagai pengobatan, tapi tak kunjung sembuh, dan berat badan turun drastis bisa menjadi ciriciri batuk tersebut terindikasi kanker paru-paru. Penyakit kanker paru juga bisa dilihat dari darah yang keluar saat batuk. “Jika warna darahnya merah segar dan jumlahnya sedikit, berarti kanker,” ujarnya. Namun, jika darahnya berwarna gelap dan jumlahnya banyak, karena permasalahan di lambung atau saluran pencernaan.
Batuk, menurutnya, adalah ciri jika letak kanker parunya ada di tengah paru-paru. Jika letak kankernya berbeda, gejalanya juga berbeda, padahal mendiagnosis kanker parunya sendiri juga susah dan tidak murah. Jika letak kanker ada di pinggir, gejala yang dialami penderita bukanlah batuk, melainkan nyeri dada atau punggung. Jika di belakang jantung, bahkan di foto pun tidak kelihatan, jadi benar-benar harus dibuka dan dicari sel kankernya.
Menurut ahli kanker paru dari Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, Achmad Hudoyo, diagnosis batuk berkepanjangan yang bisa diindi ka sikan kanker paru, perlu biaya yang tidak sedikit karena membutuhkan peralatan yang canggih untuk me meriksanya. Cara yang paling murah dan paling banyak dilakukan, adalah dengan memeriksa dahak batuk dan foto rontgen. “Untuk cara lain, seperti biopsi dan CT Scan dibutuhkan biaya Rp 2 hingga 3 juta,” katanya.
Setelah itu, perlu juga dilakukan teropong dengan alat brankokospi. Terakhir adalah diagnosis yang dilakukan ahli patologi anatomi. Sel-sel penyebab kanker paru ini bermacam-macam. Sel yang paling ganas disebut dengan asoma. Jika terkena sel kanker jenis ini, penyembuhannya dilakukan dengan kemosensitif. “Biasanya terdiagnosis setelah parah, stadium empat,” ujarnya.
Sel kanker paru lainnya adalah adengkarsinoma, yang paling banyak mengalami mutasi. Ketika sel meng alami mutasi, obat yang diberikan pun harus berbeda dengan obat sebelumnya, karena sel tersebut akan kebal dengan obat tersebut. Selain itu, juga ada sel kanker paru yang disebut karsinoma sel scomamun.