REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apa hubungan antara pernikahan dan kondisi kesehatan seseorang? Ini hasil penelitian dari para peneliti Universitas Negeri Ohio seperti dikutip laman Health.
"Kami yakin pernikahan baik untuk kesehatan, namun tak sama protektifnya pada setiap orang. Untuk mereka yang sejak awal kondisi kesehatannya buruk, pernikahan tak akan memberi keuntungan tambahan," kata pemimpin penelitian Hui Zheng yang juga profesor sosiologi.
Kendati pernikahan menguntungkan bagi mereka yang tubuhnya sehat, tapi pernikahan bisa menyurutkan pertahanan kesehatan begitu kondisi kesehatan menurun. Para peneliti juga mendapati fakta bahwa orang-orang yang menikah agak terlalu melebih-lebihkan kesehatan tubuhnya.
Menurut hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Health and Social Behavior edisi Maret itu, kesimpulan tersebut berlaku untuk siapa pun, baik mereka yang menikah, maupun yang pisah ranjang, bercerai, janda/duda atau yang tidak pernah menikah.
Para peneliti menganalisis data pada hampir 800 ribu orang yang ambil bagian dalam Survei Kesehatan Nasional AS dari 1986 sampai 2004. Kondisi kesehatan peserta survey diperingkat ke dalam istimewa, bagus sekali, bagus, cukup, dan buruk.
Para peneliti menggunakan data lanjut untuk mengidentifikasi lebih dari 24 ribu peserta yang meninggal dunia antara 1986 dan 2006. Penelitian ini juga membenarkan temuan-temuan sebelumnya bahwa orang yang tak menikah akan naik signifikan tingkat risiko kematiannya dalam jangka waktu tiga tahun.
Orang yang tak pernah menikah namun tingkat kesehatannya istimewa akan dua kali lebih tinggi rasio mati dalam jangka tiga tahun dibandingkan orang menikah dengan kondisi kesehatan istimewa. Masalahnya, menurut penelitian ini, begitu kondisi kesehatan menurun maka risiko mati untuk orang menikah juga meningkat.
"Kesimpulan ini menunjukkan bahwa pernikahan mungkin penting untuk pencegahan penyakit, namun tak membantu ketika orang benar-benar sakit," ujar Zheng.