REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar epidemologi Universitas Indonesia (UI) Tri Y. Wahyono mengimbau masyarakat berhati-hati menggunakan krim antinyamuk untuk mencegah penularan demam berdarah dengue. Menurutnya, penggunaan krim antinyamuk dalam jangka panjang akan berakibat pada kesehatan kulit.
"Apabila ditinjau dari produk kimia, semacam krim seperti itu jika dipakai secara terus-menerus akan menimbulkan iritasi kulit," kata Tri usai konferensi pers dan diskusi yang bertajuk "Langkah Pencegahan Demam Berdarah Paling Efektif" di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jakarta, Rabu (3/4).
Tri menilai bukan hanya kulit yang akan mengalami iritasi, tapi juga nyamuk akan resisten terhadap kandungan senyawa yang dipakai untuk mengusir mereka.
"Ada dua kemungkinan kalau kita menggunakan krim itu atau pun racun semprot antinyamuk, yaitu kita yang terkena penyakit iritasi tapi nyamuknya resisten atau tambah kebal terhadap bahan itu," ujar Tri.
Untuk itu, ia menyarankan agar masyarakat membaca aturan pakai sebelum menggunakan krim atau senyawa kimia antinyamuk semprot tersebut.
Tri juga mengimbau pemerintah agar lebih menaruh perhatian soal penggunaan krim antinyamuk. Menurutnya, pengawasan diperlukan karena sebagian besar masyarakat pengguna krim antinyamuk itu masyarakat menengah ke bawah.