REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Masyarakat diharapkan lebih waspada terhadap cuaca panas yang saat ini melanda sejumlah kota, termasuk Kota Medan dan sekitarnya. Karena, bukan hanya dapat menyebabkan biang keringat dan infeksi saluran pernapasan, namun cuaca panas juga berisiko menjadi pencetus penyakit stroke.
Dokter spesialis penyakit dalam, dr Umar Zein, di Medan, Rabu (24/4), mengatakan udara panas yang terlalu tinggi, dapat menyebabkan dehidrasi bahkan sampai pingsan. Inilah yang menyebabkan terjadinya heat stroke yang merupakan ancaman serius karena dapat berakibat kematian atau kecacatan fatal.
"Heat stroke ini, biasa terjadi di lingkungan yang suhunya tinggi. Umumnya, kondisi ini terjadi di daerah panas yang kelembabannya rendah, seperti di Arab Saudi, orang yang berada di sana tidak berkeringat karena keringatnya menguap sehingga dia dehidrasi dan pingsan. Tapi kalau di Indonesia, keringat kita banyak dan membuat kita haus sehinga heat stroke jarang terjadi," katanya.
Namun, katanya, cuaca panas dengan kelembaban tinggi seperti di Indonesia tidak secara langsung menyebabkan stroke, melainkan hanya menjadi pencetus atau pemicu terjadinya stroke. "Kalau cuaca panas di Indonesia tidak secara langung menyebabkan stroke, atau mengakibatkan pemecahan pembuluh darah. Namun, hanya sebagai pemicu pembuluh darah yang sudah menyempit karena dehidrasi menjadi tersumbat," katanya.
Faktor risiko terjadinya stroke ini, antara lain penderita hipertensi, diabetes, obesitas, dan kadar lemak darah tinggi dan untuk usia yang rentan mengalami penyakit stroke pada umumnya adalah usia dewasa.
Menurut dia, untuk mengatasi hal ini yang dapat dilakukan adalah dengan mengendalikan faktor resiko, misalnya jika diabetes agar diturunkan kadar gulanya, hipertensi harus diturunkan tekanan darahnya, dan jika karena kadar lemak darah juga harus diturunkan kadar kolestrol dengan cara menjaga makanan, diet, dan olahraga.