REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA – Pemerintah diminta segera mewaspadai masuknya varian terbaru virus flu burung, H7N9. Sebab, penyebarannya diduga tidak lagi melalui unggas, melainkan antarmanusia.
Pakar flu burung dari Universitas Airlangga, Chairul Anwar Nadhum mengatakan, persatuan waktu dan kecepatan penularan virus itu tergolong tinggi. Menurutnya, bila hanya tertular lantaran adanya kontak langsung dengan unggas, proses infeksinya tidak akan secepat itu.
“Hipotesa saya, H7N9 menular human to human,” kata Nadhum pada Republika saat dikonfirmasi, Kamis (25/4).
Namun, dia menilai, virus sebelumnya H5N1 lebih ganas ketimbang jenis baru yang mewabah di Cina saat ini. Karena, di Indonesia, selama delapan tahun virus itu menjangkit ke 190 orang dan yang dinyatakan meninggal mencapai 150 hingg 160 penderita.
Bisa dikatakan, tingkat kematian H5N1 sekitar 82 persen. Sedangkan di Cina, H7N9 dalam waktu dua setengah bulan sudah menular ke 110 orang, dan menyebabkan kematian pada 22 penderitanya.
“Tugas pemerintah saat ini adalah menyiapkan strategi, bagaimana mencegah virus itu masuk, atau saat virus tersebut masuk, apa yang harus dilakukan,” ujarnya.
Dia menjelaskan, saat ini, Taiwan saja yang dinilai tidak memiliki hubungan baik dengan Cina, dimana arus lalu lintas orang maupun barang dibatasi, malah tertular. Apalagi Indonesia dan beberapa negara lainnya yang dianggap sebagai pasar perdagangan negara tersebut.
Karena itu, dia menyatakan, kebijakan pemerintah Indonesia tidak seharusnya terlalu mengacu pada World Health Organisation (WHO) yang mengklaim virus ini tidak menular antarmanusia. Bila tidak anggapan tersebut, maka upaya mengantisipasi virus itu menjadi kian melemah.