REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Tjandra Yoga Aditama mengatakan hasil tes laboratorium yang dilakukan di Cina menunjukkan H7N9 sensitif dengan obat anti influenza oseltamivir dan zanamivir.
Meski begitu, belum ada informasi yang tersedia apakah obat tersebut efektif untuk H7N9. Sedangkan untuk vaksin, Tjandra mengatakan, juga belum tersedia untuk manusia.
"Baru tiga vaksin H7N1, H7N7, dan H7N3 yang diujicoba pada 2007 dan 2009. Ketiga vaksin ini aman tapi dengan sub optimal immunogenicity," kata Tjandra.
Sebagai upaya pencegahan, Tjandra menyarankan, agar masyarakat menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti mencuci tangan atau menggunakan masker ketika batuk atau bersin.
Tjandra menambahkan, sudah membuat beberapa upaya seperti menginstruksikan pada dinas kesehatan provinsi agar melakukan pengamatan ketat dan respon dini terhadap kasus Influenza Like Illness (ILI) dan Severe Acute Respiratory (SARI). Yakni dengan mencermati setiap kejadian kematian unggas mendadak terutama yang terjadi secara massal, melakukan tindak lanjut pengambilan dan pengiriman spesimen pada setia kasus suspek flu burung yang ditemukan, dan memberikan penyuluhan pada masyarakat agar segera datang ke fasilitas pelayanan kesehatan jika terasa gejala flu burung.
"Kemenkes juga sudah berkoordinasi dengan WHO Jakarta juga Genewa untuk update situasi dan melakukan rakor internal Kemenkes membahas situasi H7N9 di Cina," ujar Tjandra.