REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Peneliti menemukan parasit di Kamboja barat yang secara genetik berbeda dengan jenis lainnya di seluruh dunia. Organisme ini mampu menahan obat malaria, artemisinin.
Laporan resistensi obat di daerah pertama kali muncul pada 2008. Sayangnya, resistensi tersebut menyebar ke bagian lain di Asia Tenggara. Studi tersebut diterbitkan dalam jurnal Nature Genetics.
"Semua obat yang paling efektif yang kami miliki dalam beberapa dekade terakhir satu per satu tak berguna karena kemampuan parasit bermutasi dan mengembangkan kekebalan," ujar penulis utama, Olivo Miotto dilansir BBC.
Kamboja barat diidentifikasi ilmuwan sebagai tempat resistensi malaria. saat ini ilmuwan kahwatir hal yang sama akan terjadi pada artemisinin. Obat ini digunakan secara luas di seluruh dunia yntuk mengatasi penyakit yang ditularkan nyamuk. Obat ini dapat mengobati infeksi dalam beberapa hari bila digunakan dengan kombinasi obat lain.
Menurut perkiraan terbaru, ada sekitar 219 juta kasus malaria pada 2010 dan 660 ribu kematian. Afrika merupakan benua yang paling banyak terpengaruh malariah dimana sekitar 90 persen dari semua kematian malaria terjadi di sana. n Nur Aini