REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Di Indonesia alergi obat semakin banyak karena penggunaan obat yang semakin bebas. Bahkan beli obat antibiotik tanpa resep di apotek pun bisa.
Hal itu dikemukakan Dosen Bagian THT (Telinga Hidung Tenggorokan) Fakultas Kedokteran UGM Prof Hardyanto Soebono pada Republika, di sela-sela acara Konferensi Kerja VIII Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (Peralmuni), di Melia Purosani Hotel Yogyakarta, Sabtu (18/5).
Alergi obat terjadi karena penggunaan obat yang salah dan sedikit-sedikit orang menggunakan obat. Di samping itu, karena kasus HIV/ AIDS semakin banyak. "Orang dengan HIV/AIDS lebih mudah terkena alergi obat," katanya mengungkapkan.
Menurut mantan Dekan Fakultas Kedokteran UGM ini, jenis obat yang paling banyak menyebabkan alergi adalah antibiotik golongan penisilin.
Mereka yang terkena alergi obat dari berbagai macam usia, dari anak-anak hingga lanjut usia. Namun, dia menambahkan, kebanyakan orang yang alergi obat berusia 40-45 tahun.
"Makin tua seseorang, makin besar risiko terkena alergi obat, karena orang semakin banyak minum obat," tuturnya.
Gejala orang yang alergi obat bisa berbeda-beda dan tergantung jenis obatnya. Hardyanto memberi contoh, kalau seseorang alergi antibiotik golongan penisilin biasanya kulit gatal-gatal seperti biduran dan kalau sudah berat kulit bisa melepuh.
Karena itu bila seseorang ketahuan karena alergi obat, segera dibawa ke rumah sakit. Diopname atau tidaknya pasien yang alergi obat tergantung berat dan ringannya alergi, jelas dia.
Untuk mencegah supaya seseorang jangan alergi, dia menyarankan apabila mengonsumsi obat terutama antibiotik harus dengan resep dokter dan apabila mau menggunakan obat secara ulang karena obat sudah habis, harus ditanyakan kepada dokter apakah bisa diulang atau tidak.