REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia akan mencanangkan program imunisasi baru dengan pemberian vaksin pentavalent untuk balita mulai usia dua bulan. Dengan vaksin pentavalen ini, maka dalam sekali pemberian vaksin, setiap balita dapat tercegah dari lima penyakit sekaligus yaitu penyakit Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejan), Hepatitis B dan penyakit akibat infeksi oleh Haemophylus influenza tipe B (HiB).
Vaksin Pentavalent yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero) merupakan hasil pengembangan vaksin yang terdiri dari empat antigen, yaitu vaksin difteri, pertusis, tetanus, dan hepatitis B (DPT-HB) yang dikembangkan sejak tahun 2007, ditambah dengan Haemophylus influenza tipe B, merupakan produk terbaru dari Bio Farma yang akan diluncurkan bersamaan dengan pencanangan program imunisasi baru dari Kemenkes yakni pada tanggal 22 Agustus 2013 di Lapangan Karang Pawitan Kabupaten Karawang.
Penggabungan lima antigen ini dimungkinkan karena jadwal pemberian kelima antigen itu sama, yaitu pada saat bayi berusia dua bulan, tiga bulan dan empat bulan. Nantinya balita cukup disuntik satu kali, sudah langsung mendapatkan lima proteksi. Karena selama ini, untuk membangun kekebalan bayi terhadap kuman peyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B dan HIB, bayi harus disuntik dua kali dalam satu periode. Yakni, vaksin DTPHB dan vaksin HIB. Bahkan ada juga yang harus disuntik tiga kali yaitu vaksin DPT, hepatitis B dan HIB.
Direktur Produksi PT Bio Farma (Persero) Juliman mengatakan selain frekuensi penyuntikan bayi yang menjadi lebih sedikit, vaksin pentavalen juga efisien.“Penggunaan vaksin pentavalen ini diharapkan bisa mengefisiensikan biaya produksi, biaya penyimpanan vaksin (cold chain), biaya jarum suntik,tenaga kesehatan. Efisiensi biaya ini, tentu saja akan berdampak pada harga yang lebih terjangkau bagi semua”.
Juliman menambahkan dengan beragam keuntungan itu, tidak mengherankan bila penggunaan vaksin pentavalen diprediksi akan menjadi tren dimasa mendatang, dimana nantinya kebutuhan vaksin pentavalen diproyeksikan akan mendominasi pembelian vaksin dari para produsen vaksin di negara-negara berkembang ungkap Juliman di sela kunjungan Global Alliance for Vaccines and Immunisation (GAVI) ke Bio Farma, 21 Agustus 2013.
Uji Klinis
PT Bio Farma sudah mulai melakukan uji klinis vaksin pentavalen sejak 2010., dan telah melewati Proses tahapan uji klinis fase I, II dan III. Tahapan itu merupakan langkah untuk memastikan keefektifan vaksin pada manusia.
Pengujian telah dilaksanakan bekerja sama dengan Rumah Sakit Hasan Sadikin / Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo / Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Selain itu, Produk Pentavalent juga telah didaftarkan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk memperoleh ijin edar.
Tahun ini Bio Farma sudah siap untuk mensuplai vaksin untuk seluruh provinsi di Indonesia, namun sebagai langkah awal pihaknya akan mensuplai untuk empat provinsi terlebih dahulu “Tahun ini Bio Farma memproduksi dan menyuplai untuk empat provinsi terlebih dahulu yaitu, provinsi Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Bali, dan NTB kedepannya dapat diproduksi dan memenuhi untuk kebutuhan seluruh provinsi di Indonesia”. Ungkap Juliman
Juliman menambahkan, bahwa saat ini sudah ada pihak yang membeli vaksin pentavalent yaitu dari Global Alliances for Vaccine and Immunisation (GAVI) sebanyak 1,4 juta vials (@5 dosis). kebutuhan vaksin pentavalen di Indonesia akan mencapai 15 juta dosis pertahun. Prediksi itu didasarkan pada jumlah rata-rata kelahiran bayi di Indonesia yang mencapai 5 juta bayi per tahun.
Selain untuk memenuhi kebutuhan domestik, Bio Farma juga berencana mengekspor vaksin ini ke negera-negara lain. Penjualan ke luar negeri ini, akan dilakukan setelah vaksin pentavalent sudah lulus uji prakualifikasi WHO, yang merupakan syarat untuk dapat memasarkan suatu produk vaksin ke luar negeri.