Senin 26 Aug 2013 05:02 WIB

Mendengkur, Tanda Awal Stroke?

Tidur sambil ngorok atawa mendengkur (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Tidur sambil ngorok atawa mendengkur (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Dr Zubairi Yth, suami saya, 50 tahun, sering mendengkur ketika tidur dan saya rasakan lumayan mengganggu. Apakah mendengkur dapat dihilangkan atau setidaknya dikecilkan suaranya? Apakah ini berhubungan dengan kondisi atau penyakit tertentu, saya pernah dengar mendengkur tanda awal stroke, benarkah? Apakah ada hubungannya dengan kegemukan? Perlu dokter ketahui, berat badan suami saya 78 kg. Terima kasih atas jawaban dokter. 

Tia, Mataram 

 

Jawaban:

Ibu Tia yang baik, mendengkur cukup sering dijumpai dan untuk sebagian orang memang merupakan masalah yang tidak mudah diatasi. Suara yang timbul pada waktu mendengkur disebabkan karena vibrasi atau getaran jaringan saluran napas yang dilewati aliran udara. Gangguan aliran nafas dapat terjadi pada hidung yaitu adanya penyempitan pada hidung, mungkin akibat kelainan anatomi atau ada cedera, menimbulkan suara seperti bersiul. 

Vibrasi langit-langit di mulut menyebabkan suara mendengkur yang lebih berat. Tetapi keadaan ini ternyata juga dapat disebabkan oleh turbulensi aliran udara yang melewati saluran hidung yang menyempit. Pada waktu tidur, lidah dapat jatuh ke belakang sehingga menyempitkan saluran udara dan aliran udara menjadi terhambat. 

Hambatan aliran udara juga dapat disebabkan merokok, alkohol, iritasi akibat aliran balik asam lambung, kegemukan, usia lanjut dan masalah hormonal, yang dapat menyebabkan pembengkakan jaringan lunak di saluran nafas, dan selanjutnya menyebabkan mendengkur. Mendengkur biasanya tidak ditimbulkan oleh penyebab tunggal, tetapi kombinasi beberapa faktor tersebut diatas. 

Masalah mendengkur pada suami Anda, mungkin juga kombinasi antara kegemukan (berapa tinggi badannya?) dan faktor lain, yang perlu dicari. Mendengkur pada suami Anda mungkin sekali bukan pertanda awal stroke. Saya menganjurkan untuk mulai dengan diet, mengurangi jumlah kalori yang dimakan sehari-hari dan olahraga setiap hari, misalnya dengan jalan cepat setengah jam. Buah dan sayuran perlu disediakan setiap hari, lebih banyak makan sayur dan buah, lebih baik. Bila tidak dapat menyembuhkan atau mengurangi dengkuran, semua upaya tersebut sudah dibuktikan dapat mengurangi risiko stroke, serangan jantung dan kanker. 

Mengorok dapat menimbulkan masalah sosial maupun medis. Mendengkur dapat menyebabkan kelelahan pada waktu bangun tidur sehingga sangat berbahaya jika menyetir mobil atau jika bekerja di tempat yang membutuhkan kewaspadaan tinggi. Selain itu, menurut penelitian, diketahui bahwa pasien yang mendengkur mempunyai risiko untuk menderita tekanan darah tinggi dan komplikasinya seperti stroke. 

Mendengkur yang disertai dengan henti napas (sleep apnoe) ketika tidur dapat berdampak buruk terhadap kesehatan. Sleep apnoe didefinisikan sebagai henti nafas -- paling sedikit 10 detik -- yang terjadi sewaktu tidur. Sleep apnoe menyebabkan kadar oksigen di darah menurun. Dampak mendengkur yang disertai sleep apnoe menyebabkan yang bersangkutan menjadi ngantuk pada siang hari, sakit kepala pada pagi hari, malam sering kencing, dan kadang kadang dapat menyebabkan impotensi. 

Seperti yang Ibu Tia alami (terganggu karena suami mendengkur), mendengkur dapat menimbulkan masalah sosial, antara lain terganggunya hubungan dengan anggota keluarga yang lain. Ketika piknik dalam rombongan, peserta piknik yang lain merasa terganggu bila ada yang mengorok, sehingga sering menjadi bahan ejekan. 

Banyak terapi yang kini tersedia untuk mengatasi masalah mendengkur. Namun perlu diingat bahwa mendengkur tidak selalu mudah teratasi karena penyebabnya yang multifaktor. Salah satu pilihan adalah dengan memasang suatu alat pada gigi sehingga dagu menjadi maju ke depan. Tapi alat ini tidak selalu dapat membantu. Alat bantu yang dimasukkan ke hidung dapat sedikit membantu mengatasi masalah sumbatan aliran udara di hidung. Pilihan lain adalah pelumas tenggorokan atau bantal dengan bentuk tertentu sehingga memperbaiki posisi kepala ketika tidur. 

Terkadang diperlukan tindakan pembedahan di hidung, langit-langit mulut, lidah dan leher, tergantung lokasi jaringan yang berperan dalam timbulnya dengkuran. Pada hidung misalnya, dengan meluruskan tulang rawan hidung, mengecilkan jaringan pada lapisan dalam hidung, membuang polip hidung bila ada atau menghilangkan pembengkakan jaringan akibat alergi. 

Untuk mengatasi henti napas ketika tidur dapat dilakukan dengan memakai alat bantu napas khusus atau jika tidak membantu dapat dilakukan tindakan pembedahan. Henti napas ketika tidur disebabkan karena tertutupnya saluran napas bagian atas. Sering dihubungkan dengan berkurangnya saturasi oksigen dalam darah. Penurunan saturasi ini diakibatkan karena kelelahan atau tidur tak nyenyak. Alat yang dapat membantu adalah CPAP (Continous Positive Airway Pressure) yaitu alat bantu semacam pompa yang mempunyai tekanan tertentu, dipakai sebagai masker di hidung atau wajah. Tekanan positif berfungsi sebagai pompa untuk memberikan oksigen. 

Selain alat bantu dan prosedur-prosedur di atas, maka faktor-faktor yang berhubungan dengan timbulnya dengkuran juga perlu diatasi (suami Ibu Tia merokok?). Merokok sebaiknya dihentikan karena dapat menyebabkan jaringan di tenggorokan membengkak serta dapat meningkatkan produksi asam lambung sehingga tenggorokan teriritasi dan membengkak. Berat badan juga perlu diturunkan. 

Bila tips diatas sudah dijalankan dan belum berhasil, maka untuk membantu memecahkan masalah mendengkur, ada baiknya Ibu Tia menemani suami berkonsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam atau dokter spesialis THT. 

sumber : Rubrik konsultasi Dr Zubairi Djoerban
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement