REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Spesialis gizi dari Universitas Hasanuddin, Makassar Prof dr Veni Hadju, Ph.D mengatakan, kondisi lingkungan memiliki pengaruh tinggi terhadap status gizi anak.
"Adanya kasus gizi buruk yang ditemukan di Sulsel, tidak sepenuhnya dipengaruhi soal kekurangan pangan, tapi dapat dipengaruhi banyak faktor diantaranya lingkungan si anak," kata Veni di Makassar, Rabu (4/12).
Faktor lingkungan misalnya ketika anak masih dalam kandungan ibunya itu kekurangan asupan gizi ataupun ibunya dalam kondisi tidak nyaman dan bekerja berat.
Sementara kondisi lingkungan lainnya yang turut berpengaruh adalah ketika anak sudah lahir, tapi tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup dari keluarganya, karena faktor ekonomi ataupun minimnya pengetahuan keluarga untuk memberikan makanan bergizi pada anaknya.
"Semua itu dapat mempengaruhi status gizi anak, termasuk pola pikir, pola hidup dan budaya di sekitar anak bersangkutan," katanya.
Pun status gizi anak ketika dalam masa pertumbuhan juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar rumahnya.
Khusus kebutuhan energi anak usia Sekolah Dasar (7 -12 tahun) berkisar 1.800 - 2.200 Kilokalori. Karena itu, anak harus mendapat asupan lengkap zat gizi makro dan zat gizi mikro dari aneka ragam makanan.
"Anak harus terbiasa sarapan pagi, memilih jajanan sehat dan minum susu setiap hari minimal dua gelas atau setara 300 - 400 Kkalori," kata Veni seraya mengatakan kandungan susu memiliki unsur gizi yang komplit, sehingga sangat dibutuhkan oleh anak dalam masa perkembangan.