REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Jumlah penderita buta katarak di Indonesia tertinggi kedua di Asia Tenggara, yakni mencapai 1,5 persen atau dua juta jiwa. Setiap tahunnya, 240.000 orang terancam mengalami kebutaan.
"Survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan menunjukkan penyebab utama kebutaan di Indonesia adalah penyakit katarak (0,78 persen), penyakit glaukoma (0,12 persen), kelainan refraksi (0,14 persen), dan penyakit lain terkait usia lanjut (0,38 persen)," kata Wakil Direktur Pemasaran dan Pengembangan Klinik Mata Sehati Yogyakarta Dr Gideon Hartono di Yogyakarta.
Ia menambahkan, mata adalah organ yang sangat vital bagi manusia. Dengan mata, kata dia, manusia dapat melihat keindahan dunia. Namun sayangnya, banyak masyarakat yang belum menyadari pentingnya menjaga kesehatan mata.
"Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki dua musim boleh berbangga dengan paparan sinar matahari yang cukup banyak dibanding negara lain yang memiliki empat musim. Namun, sinar matahari yang berlebih ini sekaligus bisa menjadi bumerang bagi kesehatan mata masyarakatnya, salah satunya pemicu katarak," katanya.
Menurut dia, selain terlalu seringnya terkena sinar matahari, faktor nutrisi yang kurang juga menjadi penyebab katarak. Penyakit diabetes pun ikut menyumbang terhadap tingginya jumlah penderita katarak.
Meskipun katarak cenderung diderita penduduk lanjut usia, kata dia, beberapa kasus bisa juga menimpa kelompok usia muda. Bahkan ada pula kasus katarak pada bayi. Pada umumnya katarak pada bayi disebabkan oleh gabungan empat penyakit infeksi yang biasa dikenal dengan TORCH, yaitu Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus/CMV dan Herpes simplex.
"Infeksi TORCH menyerang ibu hamil, dan bisa ditularkan kepada janinnya," kata Gideon Hartono.