REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Membebaskan Tuberkolosis atau yang juga disebut TB di Indonesia bukan perkara mudah. Minimal dibutuhkan pemahaman mengenai gejala awal dan penanganan penyakit berbahaya itu.
Berdasarkan hal tersebut, dan masih dalam menyambut Hari TB sedunia yang jatuh pada 24 Maret lalu, sejumlah pihak yang peduli Tuberkolosis menyelenggarakan seminar.
Seluruh elemen masyarakat seperti LSM, ahli kesehatan dan dokter bekerjasama dengan PT Boehringer Ingelhem akan berbagi pengalaman mengenai penyakit batuk yang sering menjadi gejala awal TB. Acara bertajuk "Seminar Awam TB Bisolvon" akan membedah bagaimana cara masyarakat awam menangani TB dan terapinya.
"Sosialisasi bahaya TB kita lakukan dengan memberikan pemahaman yang cukup kepada masyarakat mengenai penyakit itu," kata Dewi Isnaniar, Brand Manager Bisolvon, Jumat (28/3), di Jakarta.
Indonesia sendiri kini menempati peringkat ketiga di dunia dalam jumlah penderita penyakit mycobacterium tuberculosis (TB) setelah Cina dan India.
Peningkatan penyebaran penyakit ini disebabkan banyaknya penderita yang gagal disembuhkan karena telah terinfeksi ganda spesies basil mikrobakteri (kuman). Sebabnya, masyarakat saat ini masih beranggapan bahwa TB (paru-paru) sebagai penyakit biasa, dan dapat sembuh dengan sendiri tanpa harus menggunakan jasa pengobatan.
Untuk itu Dewi berharap, masyarakat yang dipersilakan hadir di acara itu dapat menimba ilmu mengenai TB sehingga bisa disebarluaskan kepada masyarakat. Seminar akan menghadirkan empat dokter, salah satu diantaranya Dr. Telly Kamelia.
"Dr. Telly Kamelia akan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenali jenis batuk dan terapinya sebagai antisipasi dini penyakit TB," ujar Dewi.
Seminar akan digelar pada Sabtu (29/3) di ruang Andalusia Menara 165, mulai pukul 09.00 WIB.