REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia masih menempati posisi keempat negara dengan penderita Tuberkolisis (TB) terbesar di dunia. Pemerintah menargetkan penurunan angka TB secara besar pada tahun 2025.
Dr.Telly Kamelia, SpPD mengatakan, untuk membantu pemerintah memenuhi target itu, diperlukan kesadaran dari pasien penderita TB untuk menjalani penyembuhan yang memerlukan waktu cukup lama, sekitar enam bulan.
"Pasien (TB) harus berobat sampai sembuh, karena kalau tidak, bisa menularkan banyak orang," ujar Telly dalam Seminar Berantas TB 'Kenali Batuk dan Terapinya', Sabtu (30/3), kemarin.
Dukungan dari orang-orang terdekat penderita TB juga sangat dibutuhkan. Kebanyakan penderita TB enggan menjalani proses penyembuhan karena merasa sudah lebih baik.
"Misalnya, baru dua minggu minum obat tapi dia merasa sudah baikan. Kemudian selanjutnya dia tidak mau minum obat. Terlebih obat TB yang ada saat ini juga memiliki banyak efek samping, seperti mual, gangguan mata dan lainnya sehingga membuat pasien malas minum obat," kata Telly.
"Ke depan kita selalu berharap masyarakat bisa jadi TB Champion, penggerak untuk gerakan pemberantasan TB juga membentuk gerakan kelompok sadar TB," ujar dia.
Di tempat yang sama Dewi Isnaniar selaku Senior Brand Manager Bisolvon mengatakan, pihaknya mendukung penuh program pemberantasan TB di Indonesia. Terutama deteksi dini terhadap penyakit TB, yang salah satu gejala awalnya adalah batuk terus-menerus dan terdapatnya dahak (spektrum).
"Bisolvon efektif mengencerkan dahak dan meredakan batuk. Sehingga membantu deteksi juga pencegahan dini," kata Dewi.
Sebelumnya, Direktur Jenderal PP dan PL Kemenkes RI, Tjandra Yoga Aditama mengatakan, untuk memenuhi target itu pemerintah juga telah menetapkan langkah-langkah. Selain strategi nasional pengendalian TB, yang akan dikembangkan pemerintah adalah dalam fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) dan laboratorium.
Saat ini telah ada 16 RS pusat rujukan (ada di 15 provinsi), enam RS Sub Rujukan dan 676 fasyankes. "Sampai bulan Desember kita targetkan RS Pusat Rujukan akan ada di 33 provinsi," kata Tjandra Yoga.
Selain itu, pemerintah juga akan memasang alat GenXpert (alat pendeteksi TB) sebanyak 31 alat. "Saat ini terdapat 23 GenExpert di 15 provinsi," kata dia.