REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar ekonomi kesehatan dari Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany menyayangkan pencitraan obat generik yang kalah "mentereng" daripada obat paten.
"Kualitas obat generik dianggap kalah dibandingkan obat paten. Saya pikir perlu upaya dari pemerintah untuk mempromosikan generik secara lebih baik lagi," kata Has di Jakarta, Selasa (20/5).
Menurut guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat UI itu, obat generik yang banyak disediakan oleh pemerintah selama ini hanya kalah promosi. Maka dari itu dia mendorong pemerintah menggencarkan promosi obat generik. "Mesti ada kampanye besar," kata dia.
Has mengatakan tidak ada perbedaan proses pembuatan obat generik dan obat paten. Bahkan mutu, khasiat, manfaat dan standar keamanannya sama. "Perbedaan dari dua jenis obat itu adalah obat paten itu dipromosikan oleh pembuatnya. Sedangkan obat generik itu dijual tanpa ada promosi dan diedarkan berdasarkan zat aktifnya. Itulah mengapa terdapat perbedaan harga."
"Sayangnya sebagian masyarakat beranggapan bahwa kualitas suatu obat ditentukan oleh harga obat, semakin murah dianggap kualitasnya rendah begitu sebaliknya. Padahal kemanjurannya sama," katanya.
Senada dengan Has, Dirjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Maura Linda Sitanggang mengatakan faktor promosi memang memberikan dampak yang signifikan terhadap harga suatu obat, terutama obat paten.
Sementara itu, Linda mengatakan pemerintah telah mengalokasikan biaya sekitar Rp1,3 triliun untuk pembelian obat generik agar obat yang harganya terjangkau masyarakat semakin mudah didapat. Seperti untuk puskesmas, klinik dan dokter praktek swasta.
"Tetapi memang akhirnya penggunaan paten atau generik itu juga tergantung dari masyarakat atau pasiennya," kata dia.