REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Hermanto Siregar mengungkap, konsumsi beras per kapita Indonesia masih sangat tinggi, kira-kira 130 kg per kapita per tahun, sehingga perlu diturunkan paling tidak menjadi 80 kg per kapita per tahun.
Caranya, tambah Hermanto, bisa secara bertahap, yakni melalui diversifikasi pangan, misalnya terlebih dulu membuat produk-produk yang mirip beras dari bahan baku yang banyak di Indonesia, sehingga ke depan nama programnya tidak hanya raskin, tapi pangan untuk orang (pangkin).
"Jadi biar dikembangkan bahan pokok masing-masing daerah. Dalam UU Pangan ada satu pasal untuk mengembangkan otoritas pangan bagi pusat maupun daerah," katanya.
Menurut dia, di daerah perlu dikembalikan pada pangan pokok yang ada di sana, misalnya jagung, pisang, ubi sehingga tidak tergantung lagi dengan beras.
Sementara itu, ahli Teknologi Pangan Prof. Dr. Wisnu Cahyadi mengatakan, pihaknya telah melakukan penelitian fortifikasi Raskin untuk meningkatkan kualitas dan kandungan gizi serta zat lain dalam Raskin. "Fortifikasi itu penambahan kimia lain yang diizinkan, atau penambahan zat gizi mikro, kaya iodine (yodium), vitamin A, zat besi ke dalam bahan pangan di antaranya raskin," katanya.
Bahan-bahan tersebut disemprotkan ke dalam beras sesuai formula yang telah ditentukan dan telah mempunyai hak paten. Unsur-unsur zat yang disemprotkan itu, antara lain Fe (ferrum) atau zat besi, vitamin A, yodium, sehingga menambah kadar gizi dan protein dalam beras raskin.
Menurutnya, hasil penelitian yang sudah memasuki tahun ketiga ini, sudah diuji cobakan dalam beras raskin di wilayah Jawa Barat. Wisnu berharap tahun ini bisa diimplementasikan di industri beras nasional.
Wisnu menuturkan, penelitiannya terdorong karena banyaknya warga miskin yang kekurangan 3 zat yang telah disebut di atas, sehingga berdasarkan research (penelitian), mayoritas masyarakat miskin mengalami penyakit akibat kekurangan zat itu, seperti gondok.
Setelah beras diolah dengan sentuhan fortifikasi, kata Wisnu yang menjabat selaku Asisten Direktur II Fakultas Pascasarjana Unpas, Bandung, beras Raskin hasilnya sangat bagus dan tidak merubah tampilan dan rasa beras, namun mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi.
"Tidak ada efek samping bagi tubuh, justru ini bermanfaat semua bahan-bahannya. Ini kan ada bahan konsentrat proteinnya, karbohidrat, gizinya, yodium, kan dibutuhkan untuk mencegah gondok vitamin A untuk mata, vitamin E untuk darah (anemia). Nah ini semua menggunakan bahan-bahan yang berguna bagi kesehatan," katanya.
Baik Hermanto maupun Wisnu menegaskan, pemerintah mendatang harus mempertahankan program raskin karena memberikan banyak manfaat bagi rakyat miskin.