REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sembelit merupakan topik yang jarang dibicarakan masyarakat. Banyak pihak yang masih tabu untuk membahas gangguan pencernaan yang satu ini.
Padahal sembelit tidak bisa dianggap remeh. Bahkan jika tidak ditangani secara benar, sembelit dapat memicu penyakit berbahaya seperti kanker.
Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH FINASIM, spesialis Penyakit Dalam RSCM mengatakan, umumnya masyarakat menganggap sembelit hanya dihubungkan dengan frekuensi BAB yang tidak rutin. Namun, kata dia, banyak gejala lainnya yang dapat dikategorikan sebagai gangguan sembelit.
Pertama adalah mengejan selama 25 pesen defekasi atau lebih. Selanjutnya adalah feses yang keras, perasaan tidak lampuas saat BAB, perasaan ada hambatan pada dubur, evekuasi feses secara manual serta BAB kurang dari tiga kali per minggu.
"Jika Anda mengalami dua atau lebih gejala di atas dalam tiga bulan terakhir, maka dapat dikatakan Anda berpotensi mengalami sembelit fungsional," kata Ari Fahrial.
Gejala-gejala tersebut sudah seharusnya untuk mendapat perhatian lebih.
"Banyak masyarakat berpikir yang mereka pikir normal sebenarnya tidak normal. Kotoran itu harus sepenuhnya dibuang, tidak boleh ada yang tersisa. Karena jika tersisa dan menempel di dinding usus, tahun-tahun kemudian bisa sebabkan kanker," kata Ari.
Untuk itu, kata Ari, penting bagi masyarakat untuk mengetahui lebih jauh mengenai sembelit.
Indra Sugiharto, Senior Brand Manager Dulcolax mengatakan pihaknya concern terhadap hal ini. Untuk itu pihaknya meluncurkan website www.bebassembelit.com yang dapat menjadi sumber informasi tentang sembelit.
“Web ini berisikan semua informasi seputar sembelit dan cara pencegahannya. Kita berharap ini bisa menjadi rujukan bagi masyarakat untuk mengetahui dan mencegah secara dini gejala sembelit,” kata dia.