REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pakar Gastroenterohepatologi Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta, dr. Irsan Hasan SpPD-KGEH, memaparkan perbedaan Hepatitis B dan Hepatitis C yang sering disalahartikan oleh publik.
Irsan menuturkan dalam presentasinya pada peringatan Hari Hepatitis Sedunia di Jakarta, Selasa, perbedaan tersebut bisa dilihat dari penularan vertikal, kesembuhan, respons terapi, vaksin dan hepatoma.
Dia mengatakan penularan vertikal atau penularan dari garis keturunan, Hepatitis C lebih rendah dari Hepatitis B. "Kalau Hepatitis C justru penurunan vertikalnya rendah, tidak seperti Hepatitis B," katanya.
Irsan mengatakan orang yang terjangkit Hepatitis B biasanya terindikasi dari bayi atau usia muda, berbeda dengan Hepatitis C yang terindikasi ketika dewasa.
Dari sisi kesembuhan spontan, lanjut dia, Hepatitis B lebih lama, yakni 85-90 persen, berbeda dengan Hepatitis C yang sangat rendah 5-10 persen.
"Hepatitis C sangat bisa disembuhkan total, jika dia rutin berobat, minum obat dan suntik," katanya.
Namun, terkait vaksin, Hepatitis C belum tersedia, berbeda dengan Hepatitis B yang sudah ditemukan vaksinnya. "Terapi antivirus Hepatitis C ada tapi harganya mahal," katanya.
Irsan menyebutkan dari sisi hepatoma atau kanker yang berasal dari sel-sel hati, Hepatitis B dapat terjadi tanpa ada sirosis (benjolan menyerupai bentol-bentol kecil di permukaan hati), sementara Hepatitis C umumnya didahului oleh sirosis. "Untuk di Indonesia sendiri, banyak yang mengidap Hepatitis B daripada Hepatitis C," katanya.
Untuk itu, dia mengimbau masyarakat untuk mengenali penyebab penyakit hepatitis, yakni dari virus (HAV, HAV, HCV, HEV), minuman beralkohol, perlemakan (obesitas), bakter (tifus, leptospira), parasit (malaria, ameba), obat-obatan, autoimunitas serta virus lain (dengue, herpes).
Selain itu, lanjut dia, penyakit tersebut juga menular baik vertikal, yakni keturunan dari ibu pengidap ke bayi yang dikandung atau secara horizontal melalui tindik, narkotika, transfusi darah, hubungan seks berisiko, suntikan dan tato.
"Bisa juga melalui kontak erat, seperti pisau cukur dan sikat gigi kalau darah dari si pengidap masih ada dari benda itu dan berpindah," katanya.
Dia menjelaskan pada jenis hepatitis B,C dan D, virus dapat ditularkan melalui hubungan seks dan melalui darah, sedangkan pada hepatitis A dan E virus dapat ditularkan melalui orofekal, yakni rute penularan penyakit dari feses ke mulut.
Irsan menyarankan untuk segera memeriksakan kesehatan, terutama cek darah untuk mengetahui apakah positif hepatitis atau tidak dengan skrining HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen) atau Anti Hbs.
Selain itu, dia menambahkan pencegahan juga bisa dilakukan dengan vaksinasi, terutama untuk bayi agar segera divaksin dalam jangka waktu 12 jam setelah lahir.
Pasalnya, lanjut dia, satu dari 10 penduduk Indonesia mengidap Hepatitis B dan satu dari empat pengidap akan meninggal karena kanker atau gagal hati.
"Perlu dicatat, angka kematian yang disebabkan sirosis (benjolah di permukaan hati) dan kanker hati cukup tinggi, selain itu mengobati kedua komplikasi itu cukup sulit," katanya.