REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Syaraf Rumah Sakit Bunda Jakarta dr Nizmah SpS mengatakan, pria lebih berisiko terserang stroke daripada perempuan karena faktor hormonal dan gaya hidup.
"Perempuan punya hormon estrogen dan progesteron yang bisa yang bisa memengaruhi masa hidup yang lebih panjang," kata Nizmah dalam diskusi yang bertajuk "Stroke Bukan Akhir Segalanya" di Jakarta, Selasa (26/8).
Nizmah mengatakan sebelum masa menopause atau masih dalam keadaan subur, organ-organ wanita terlindungi oleh kedua hormon tersebut.
Namun, begitu masuk menopause, lanjut dia, organ-organ sudah tidak terlindungi oleh hormon estrogen dan progesteron, akibatnya mengalami penurunan fungsi. "Mulai 'keropos', pembuluh darah mulai ikut kaku," katanya.
Selain itu, faktor gaya hidup, perempuan cenderung lebih sehat dari laki-laki karena dinilai lebih memperhatikan pola makan dan kebiasaan sehari-hari.
"Perokok 'kan banyaknya laki-laki dan biasanya mereka kurang memperhatikan asupan dan pola makan," kata Nizmah.
Dia mengatakan merokok merupakan salah satu faktor risiko yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan syaraf, seperti rentan terhadap stroke.
Nizmah menyebutkan faktor risiko lain,di antaranya tekanan darah tinggi (70 persen ditemukan pada penderita stroke), diabetes, kegemukan dan kadar kolesterol tinggi.
Dia mengatakan faktor-faktor itu lah yang menyebabkan aliran darah ke otak terhalang karena dalam pembuluh darah tertumpuk lemak-lemak dan kolesterol yang mempersempit jalannya darah ke otak.
Sehingga, otak tidak mendapatkan nutrisi karena sari-sari makanan (glukosa) dan oksigen yang dibawa oleh darah tidak sampai dan terserap.
Dalam kesempatan yang sama, Ahli Bedah Syaraf RSU Bunda Dr dr Heri Aminuddin Sp.BS (K) mengatakan sejumlah penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai kesempatan hidup lebih besar daripada pria.