REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Jumlah penderita gigi sensitif di Indonesia ternyata cukup banyak. Akibatnya, makin banyak pula terjadi perubahan sikap karena harus menahan ngilu di gigi.
Studi yang dilakukan IPSOS Tracking Study
pada 2013 menyebutkan bahwa jumlah penderita gigi sensitif di
Indonesia mencapai 43%. Fakta ini menjelaskan banyaknya masyarakat yang masih belum bisa
menikmati aktivitas yang berkualitas, seperti makan, bekerja, dan
paling penting berkumpul bersama keluarga dan kawan.
Berdasarkan hal tersebut, GlaxoSmithKline (GSK) Oral Healthcare dengan
merek Sensodyne, mengusung gerakan ‘Enjoy Tanpa Ngilu’. Melalui
gerakan ini, Sensodyne melakukan berbagai aktivitas untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam mengatasi gigi sensitif, sehingga
penderitanya bisa membebaskan diri menikmati makanan, dan
bersosialisasi.
“Gerakan ini sangat relevan dengan kondisi masyarakat saat ini,” ujar
Adisti Nirmala, Marketing Manager GSK, dalam konferensi pers Sensodyne
“Kumpul Seru Enjoy Tanpa Ngilu”, Jakarta, Kamis (11/9).
Menurut Adisti, masyarakat Indonesia sangat gemar mengobrol sambil
makan bersama. Sehingga, jika gigi sensitif menyerang, tentunya akan
mengganggu dua aktivitas yang sudah lekat dalam karakter masyarakat
Indonesia. Tak ayal, penderitanya merusak suasana yang sudah demikian
hangat, karena perubahan mood.
“Juga berhati-hati memakan makanan asam, panas, atau dingin,” tambah
Jehezkiel Martua, Oral Healthcare Expert GSK.