REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Hepatitis dari Fakultas Kedokteran UI, Profesor Ali Sulaiman mengatakan, sebanyak 20 juta penduduk Indonesia mengidap Hepatitis B. Kelompok umur 45 sampai 55 tahun yang kebanyakanya. menderita hepatitis.
Indonesia, ujar Ali, termasuk negara dengan prevalensi Hepatitis B yang tinggi. "Indonesia prevalensi Hepatitis B-nya mencapai 9,5 persen,"ujarnya di Jakarta, Selasa, (16/9).
Prevalensi Hepatitis B rendah, terang Ali, bekisar antara 0 sampai 1,5 persen seperti Swedia dan Amerika Utara. Sedangkan prevalensi Hepatitis B sedang bekisar antara dua sampai delapan persen, dan prevalensi tinggi lebih dari delapan persen.
Namun, ujar Ali, dari penderita Hepatitis B di Indonesia hanya lima sampai 10 persen yang diobati. Sebab Hepatitis ini masih dianggap kurang penting.
Apalagi, kata Ali, ada pemikiran yang salah kaprah misalnya ada dokter yang memeriksa penderita Hepatitis B menyatakan Hepatitisnya sedang tidur sehingga pasien merasa santai dan tidak memeriksakannya kembali. Padahal Hepatitis B ini kalau tidak diobati dalam jangka 10 tahun ke depan bisa menjadi sirosis hati bahkan kanker hati.
"Makanya kalau seseorang menderita Hepatitis B harus segera diobati. Jangan dibiarkan saja, tidak ada Hepatitis B sedang tidur, itu salah," ujar Ali.
Kalau Hepatitis B sudah berubah menjadi sirosis hati dan kanker hati, terang Ali, maka pengobatannya hanya cangkok hati yang sangat mahal harganya. Cangkok hati ini tidak terjangkau oleh mayoritas penderita.