REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus kebutaan di Indonesia, berdasarkan The Fred Hollows Foundation, mencapai angka 3,6 juta. Dan, 70 persen diantaranya adalah karena katarak.
Jumlah penderita katarak juga diprediksi akan bertambah 120.000 orang per tahun.
Presiden Direktur Jakarta Eye Center (JEC) Korporat, Dr Darwan M Purba, mengungkapkan, faktor penyebab angka penderita katarak di Indonesia tinggi, karena beberapa faktor, antara lain sarana kesehatan di Indonesia yang belum mencapai pelosok negeri yang begitu luas dan berpulau-pulau.
Kasus kebutaan akibat katarak sebagian besar (43 persen) juga disebabkan penderita tidak memiliki kemampuan atau akses untuk menjalani operasi.
"Kebutaan di Indonesia di atas satu persen dari total penduduk Indonesia dan 70 persen disebabkan katarak. Kenapa? Negeri kita luas sekali, usia penduduk bertambah sedangkan sarana keehatan belum sampai ke sana. Mereka tidak bisa datang atau mendekati saran kesehatan atau rumah sakit karena lokasi terpencil dan status ekonominya,” jelas Purba, di RS JEC, Jakarta, Sabtu (11/10).
Faktor lain, lanjut dia, 25 persen kasus kebutaan akibat katarak karena penderita tidak memahami kebutaan karena katarak dapat dicegah. “Banyak masyarakat tidak tahu katarak itu bisa disembuhkan. Mereka berpikir kalau sudah tua penglihatan buram padahal kalau dia tahu itu karena katarak dan dipulihkan,” kata dia.
Adapun jumlah dokter mata di Indonesia yang belum memadai, lanjut Purba, juga menyebabkan kasus katarak tidak pernah turun melainkan terus bertambah.
“Jumlah dokter mata di Indonesia belum memadai dengan perbandingan jumlah total penduduk Indonesia. Dokter mata di Indonesia kurang lebih 2.500 sampai saat ini. Kapan bisa menyelesaikan kasus katarak dengan penduduk Indonesia yang sebanyak ini, tidak ada habisnya,” ujar dia.
Penyebab paling banyak katarak, akibat proses lanjut usia atau degenerasi yang menyebabkan lensa mata menjadi keruh. Namun, orang yang sering terkena sinar matahari tanpa ada perlindungan kacamata dengan proteksi terhadap sinar ultraviolet bisa lebih cepat menderita katarak.
“Misalnya nelayan, mereka paling cepat kena katarak karena seharian di laut kena langsung sinar matahari. Rata-rata pada usia 40 tahun mereka sudah kena katarak,” kata dia.