REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama beberapa dekade, ahli kesehatan menyarankan untuk mengurangi makanan berlemak dan memilih makanan rendah lemak atau bebas lemak untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Sejak 1970-an, ahli gizi menyarankan bahwa cara terbaik untuk menghindari kegemukan adalah tidak mengonsumsi makanan berlemak. Pernyataan tersebut tidak selamanya benar. Bahkan, studi terbaru menunjukkan nutrisi lemak bukanlah penjahat utama dalam diet. Tidak semua lemak diciptakan sama, beberapanya baik untuk kita.
Ahli jantung dari New York University Langone Medical Center, Richard Stein mengatakan ada lemak tertentu yang perlu dihindari, seperti lemak trans yang menyumbat arteri, seperti yang terdapat dalam olesan mentega jagung panggang atau gorengan. Namun, ada juga makanan berlemak yang penting untuk kesehatan, seperti minyak zaitun, kacang-kacangan, dan ikan.
"Jelas, lemak seperti minyak ikan dan lemak nabati dalam kacang-kacangan adalah lemak yang pada kenyataannya melindungi tubuh dalam beberapa hal," ujar Stein, dilansir dari Newsmax Health, Selasa (14/10).
Stein mencatat bahwa jenis lemak jenuh yang ada di margarin, produk susu, unggas, dan daging tidak terlalu besar memberikan risiko penyakit kardiovaskular. Kandungan lemak jahat dan lemak baik pada makanan-makanan itu begitu kabur. Itu akan menjadi jahat jika dikonsumsi berlebihan, sedangkan selama dikonsumsi sesuai porsinya maka akan memberikan efek positif bagi tubuh.
Stein ingin mengubah pandangan lemak jahat dan lemak baik tersebut. Dia lebih berfokus pada makanan apa yang harus dimakan untuk mengurangi dampak buruk dari makanan yang kurang bagus namun tetap kita makan.
"Misalnya, Anda boleh saja makan daging, namun Anda juga harus makan banyak buah dan sayuran, juga kacang-kacangan, gandum, dan biji-bijian lainnya," ujar Stein.