REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru dilakukan University of North Carolina School of Medicine untuk menunjukkan bagaimana tangisan dan jeritan bayi bisa menunjukkan respons mereka terhadap efek obat tertentu.
Penenelitian ditujukan khususnya untuk kokain yang berpotensi merusak fungsi saraf bayi. Penelitian juga ingin mencari tahu respons bayi terhadap faktor lain, seperti depresi ibu, perawatan prenatal yang buruk, dan penggunaan narkoba oleh ibu selama masa kehamilan.
"Penemuan karakteristik spektral mirip dalam vokalisasi tikus, anjing, yang memungkin kami untuk mentranslasi analisis yang digunakan untuk mendeteksi efek bayi yang terisolasi kokain atau obat-obatan serupa di mekanisme limbik otak umum. Ini berlaku sama pada tikus, mamalia, dan manusia," kata penulis utama penelitian, Philip Sanford Zeskind, dilansir dari Medical News Today, Selasa (28/10).
Karakteristik spektral bernada tinggi ketika pada suara tangisan bayi yang disebut hyperphonation mungkin menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir mengalami kerusakan sistem saraf akibat obat prenatal. Meskipun bayi tampak sempurna secara fisik dengan pemeriksaan pediatrik tradisional.
Selain menemukan peningkatan jumlah hyperphonation dalam tangisan bayi manusia yang ibunya menggunakan kokain selama kehamilan, para peneliti menemukan sedikit karakteristik spektral, yang mirip di lapangan dan struktur akustik untuk hyperphonation, berada di vokalisasi ultrasonik anak tikus dan anak anjing yang diperlakukan dengan paparan kokain prenatal.
Tulisan ini adalah salah satu temuan translasi pertama efek paparan obat serupa pada subyek manusia dan tikus. Tulisan ini juga menyoroti upaya penelitian laboratorium dasar dan penelitian klinis lebih lanjut untuk lebih cepat menemukan sasaran intervensi klinis.