REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit pneumonia masih menjadi ancaman besar bagi balita dan menyebabkan 23,8 persen kematian bayi dan 15,5 persen kematian balita tiap tahunnya di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007.
"Sebanyak 1,1 juta anak meninggal akibat pneumonia pada tahun 2012 di seluruh dunia padahal penyakit ini harusnya dapat dicegah dan diobati," ujar Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung (PPML) Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PPL) Kementerian Kesehatan Sigit Priohutomo dalam temu media memperingati Hari Pneumonia Sedunia di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (4/11).
Dari jumlah kasus dari seluruh dunia, diperkirakan hingga 99 persen kematian anak akibat pneumonia berada di negara berkembang. Padahal pneumonia pada anak dapat dihindari dengan beberapa tindakan seperti melakukan deteksi dini, menghindari faktor risiko serta pengobatan yang tepat.
Faktor risiko itu, kata Sigit, antara lain kurang atau tidak mendapatkan ASI eksklusif, gizi kurang, tidak mendapat imunisasi, berat badan lahir rendah, paparan polusi tinggi di dalam rumah serta kepadatan penduduk dalam rumah.
"ASI eksklusif sangat penting untuk bayi karena selain mengandung gizi yang dibutuhkan bayi juga mudah untuk diberikan dan murah. Karena itu pemberian ASI eksklusif ini perlu didorong pelaksanaannya," kata pakar kesehatan anak Nastiti Kaswandani dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Hari Pneumonia Sedunia diperingati setiap 12 November mulai tahun 2009 untuk meningkatkan kepedulian terhadap pneumonia, mempromosikan intervensi dan pengobatan serta melakukan aksi pengendalian pneumonia. Untuk tahun 2014, tema global yang diangkat adalah "Akses Universal untuk Pencegahan dan Pengobatan Pneumonia" sedangkan di Indonesia mengambil tema "Selamatkan Anak dari Pneumonia".