REPUBLIKA.CO.ID, Sebanyak 85 persen penderita kanker paru menderita kanker paru jenis Non-Small cell lung cancer atau kanker paru sel besar. Profesor Yi-Long Wu dari Guangdong Lung Cancer Institute, mengatakan kanker paru terjadi lebih umum di orang Asia karena kombinasi dua hal.
''Pertama, ada sesuatu di gen orang Asia yang menyebabkan risiko kanker paru jadi lebih tinggi. Kedua, kebiasaan merokok orang Asia yang bertambah banyak meningkatkan risiko kanker paru di Asia,'' ujarnya, di sela-sela media gathering Boehringer Ingelheim dalam Asia Pasific Lung Cancer Conference di Kuala Lumpur, 6-8 November 2014.
Karena faktor genetik pula, proporsi angka penderita kanker paru di Asia yang tidak merokok ikut tinggi.
Kanker bermula ketika sel normal mulai berubah dan tumbuh tidak terkontrol, membentuk massa sel bernama tumor. Pada sel kanker, gen bermutasi atau berubah dalam bentuk yang membayahakan. Pada sel yang sehat, EFGR atau epidermal growth factor receptor membuat sel bisa tumbuh dan membelah. Ketika ada terlalu banyak reseptor yang disebabkan karena faktor mutasi, seperti yang terjadi pada pengidap kanker, adalah sel kanker yang terus berkembang dan membelah.
Keith Kerr, pakar kanker paru dari University of Aberdeen, Skotlandia, mengatakan kanker paru menyebabkan mutasi sel. ''Pada pasien kanker paru Asia, mutasi selnya tinggi,'' kata dia.
Mutasi sel yang tinggi ditemukan pada pada perokok. ''Ada 1.000 lebih mutasi sel, pada perokok angka mutasi sel jauh lebih banyak dibanding yang tidak merokok,'' kata dia.
Karena itu penderita kanker paru yang tidak merokok disebutnya akan lebih mudah dicari pemicu perubahan selnya. ''Pada non-perokok, pemicu perubahan sel tingkat kemungkinan dicari untuk diobatinya lebih mudah. Sebab mutasi selnya umumnya tidak sebanyak mereka yang merokok,'' ujar Kerr.
Dunia medis, dikatakannya, memiliki tantangan untuk mengetahui mutasi sel mana yang penting untuk bisa diobati.