Kamis 13 Nov 2014 19:16 WIB

Kebijakan Infrastruktur yang Tepat Bantu Atasi Diabetes

   Area pembangunan proyek MRT yang ditutupi oleh seng di daerah Blok M Jakarta Selatan, Jumat (17/10).  (foto: MgROL30)
Area pembangunan proyek MRT yang ditutupi oleh seng di daerah Blok M Jakarta Selatan, Jumat (17/10). (foto: MgROL30)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi (PB Perkeni) Achmad Rudijanto menyarankan agar pemerintah membuat kebijakan infrastruktur yang sehat dan tepat dengan memaksa secara tidak langsung masyarakatnya menggerakkan fisik demi menghindari penyakit, termasuk diabetes.

"Harus dipaksa bergerak agar masyarakatnya sehat. Infrastruktur yang memaksa itu seperti transportasi publik yang baik," kata Rudijanto di Jakarta, Kamis (13/11).

Dia mengatakan transportasi publik itu bisa seperti kereta listrik kapasitas besar yang nyaman dan diminati masyarakat. Tetapi letak stasiunnya berada di tempat yang relatif memaksa penggunanya berjalan sehingga mengurangi terkena penyakit karena dipicu kurang gerak.

"Transportasi bagus harus bisa membuat penggunanya berjalan ke stasiun. Penduduk dipaksa jalan agar mereka sehat," kata dia.

Dia memberi contoh sejumlah negara maju yang mampu membangun transportasi massal dan bisa membuat warganya bergerak. "Bus kota kalau di luar negeri, Eropa, penumpangnya harus jalan ke halte untuk menaikinya. Kalau di Indonesia kita bisa naik dan turun di mana saja," kata dia.

Kendati demikian, hal itu diakuinya cukup sulit dilakukan pemerintah mengingat transportasi publik merupakan masalah yang hingga saat ini belum kunjung digarap secara serius. Akan tetapi, dia meyakini jika pemerintah memiliki keinginan politik kuat bukan tidak mungkin transportasi massal yang menyehatkan masyarakat dapat diwujudkan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement