Jumat 28 Nov 2014 07:37 WIB

Teknologi Nuklir Mulai Dikonsentrasikan untuk Atasi Kanker

Yellow cake, material mentah uranium sebelum diperkaya (secara isotop) untuk dijadikan bahan bakar nuklir.
Foto: MIT
Yellow cake, material mentah uranium sebelum diperkaya (secara isotop) untuk dijadikan bahan bakar nuklir.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Dunia tengah mempromosikan pemanfaatan teknologi nuklir untuk tujuan damai. Selain sebagai sumber energi alternatif utama, teknologi nuklir juga dikembangkan untuk penanganan beberapa penyakit kritis seperti kanker dan gangguan ginjal.

Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Djarot Sulistio Wisnubroto menjelaskan, penyinaran radiasi telah digunakan untuk penanganan penyakit kanker. Adapun untuk gangguan ginjal, proses renografi telah membantu para dokter untuk mendiagnosis kondisi ginjal pasien.

“Sederhananya, kalau kita kena kanker, obat paling efektif, ya teknologi nuklir. Tapi kita tidak ingin kena kanker, bukan?” ujar Djarot, Kamis (27/11).

Pemeriksaan renografi mengharuskan injeksi senyawa Iodine-131 hipuran ke dalam tubuh pasien. Iodine-131 adalah senyawa radioaktif yang akan membantu memetakan fungsi ginjal, adapun hipuran adalah tracer atau senyawa pembawa yang akan membawa Iodine-131 menuju organ yang diperiksa.

Dosis senyawa radioaktif yang dimasukkan ke dalam tubuh sangat kecil sehingga tidak mengganggu organ internal tubuh.

 Untuk penyakit kanker, dunia kedokteran telah menemukan Positron Emission Tomography (PET) Scan guna mengetahui fase kanker. Tak jauh berbeda dengan Ranogram, saat melakukan PET-Scan, pasien akan disuntik dengan senyawa radioaktif menuju ke organ target.

Selanjutnya, pasien akan masuk ke dalam sebuah scanner berbentuk tabung. Scanner akan memindai, dan hasilnya akan terlihat di layar komputer. 

Djarot menambahkan, BATAN sebenarnya telah memproduksi berbagai peralatan berbasis nuklir untuk kepentingan kesehatan namun tidak secara masif.

“Kita sudah produksi, tapi itu prototipe saja yang akan dijadikan rujukan untuk kepentingan penelitian berbagai rumah sakit,” tambahnya.

Data World Health Organization (WHO) menunjukkan, kematian akibat kanker di dunia mencapai 8,2 juta orang di tahun 2012. Dari total penderita kanker, 20 persen di antaranya disebabkan karena merokok, dan 70 persen kematian karena kanker paru-paru. 

Melihat pentingnya nuklir untuk kesehatan umat manusia, berbagai perusahaan nuklir di dunia terus mengembangkan riset nuklir untuk kesehatan, salah satunya adalah Rosatom, perusahaan nuklir asal Rusia.

Saat ini Rosatom telah menyuplai produk-produk seperti isotop, radiofarmasi, instrumen radioisotop, dan senyawa kimia termasuk Iodine-131 ke lebih dari 30 negara. 

Selain itu, Rosatom juga tengah memproduksi peralatan medis khusus Ephatom gamma CT scanner yang bisa mendiagnosis beragam kondisi medis. Produksi masal scanner ini akan dilakukan dalam waktu dekat. 

“Komitmen kami adalah untuk mengembangkan teknologi nuklir untuk tujuan damai, termasuk nuklir untuk energi. Kami menyediakan beberapa item penting untuk mendukung perawatan bagi para pasien di dunia,” ujar Wakil Presiden Rosatom International Network, Ivan Dybov.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement