REPUBLIKA.CO.ID, Tidak semua pasangan suami-istri beruntung dikaruniai anak dengan segera. Sebagian pasangan menunggu bertahun-tahun untuk bisa menimang buah hati. Ada pula yang harus bersabar lantaran tak jua mendapatkan keturunan hingga usia mereka menua.
Besaran masalah gangguan kesuburan di Indonesia cukup tinggi. Data Biro Pusat Statistik 2008 mencatat, dari keseluruhan populasi di Indonesia, jumlah wanita usia produktif, yakni 39,8 juta. Sebesar 10 hingga 15 persen (empat juta) di antaranya mengalami gangguan kesuburan.
“Lima persen dari angka tersebut (200 ribu) harus ditolong dengan program bayi tabung,” ujar Dr dr Budi Wiweko SpOG (K), konsultan fertilitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo.
Program bayi tabung menjadi salah satu pilihan bagi suami-istri yang mengalami gangguan kesuburan dan ingin mempunyai keturunan. Sampai sekarang, pasien yang mendapat pertolongan bayi tabung baru sedikit. Tahun 2013 saja, hanya ada 5.000 pasien bayi tabung. Angka ini masih kalah jauh dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Singapura (6.000 pasien), Malaysia (8.000 pasien), Thailand (10.000 pasien), dan Vietnam (15.000 pasien).
Di Indonesia, ada dua faktor penghambat terlaksananya program bayi tabung. Minimnya jumlah klinik bayi tabung dan mahalnya biaya program tersebut menjadi penjegal niat suami-istri untuk melakukannya. Sampai sekarang, hanya ada 27 klinik bayi tabung di sembilan provinsi dan sebagian besar berada di Pulau Jawa.
Program untuk memiliki keturunan ini memerlukan biaya sekitar Rp 50 hingga Rp 100 juta, terbilang mahal untuk tingkat pendapatan warga. Namun, program bayi tabung tersedia dengan biaya yang lebih terjangkau, yakni sekitar Rp 30 juta.
Budi menjelaskan bahwa gangguan kesuburan terjadi jika istri tak kunjung mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan seksual secara benar selama satu tahun tanpa memakai alat kontrasepsi. Faktor suami, istri, atau kombinasi keduanya dapat menyebabkan gangguan kesuburan.
Biasanya, gangguan pemasangan sel telur, sumbatan saluran telur, atau gangguan pada rahim dan indung telur menjadi masalah fertilitas utama pada perempuan. Adapun pada pria, utamanya masalah sperma. “Sekitar 40 persen gangguan kesuburan merupakan masalah sperma, jadi sebaiknya yang harus diperiksa laki-lakinya terlebih dahulu,” kata Budi dalam konferensi pers Klinik dr Sanders B, Daya Medika bertema “Mengatasi Masalah Gangguan Kesuburan dengan Pilihan Cerdas: Not Simple, but Smart IVF”.